Monday 18 January 2016

Kisah Nyata Hukum Karma Liu Chiu Ling

Vihara Dharma Kasih ( San Ching Fo Thang )
Ujung Pandang - Indonesia

Guru sejati : " Hari ini jangan membawa hati yang ingin melihat keramaian datang kesini (vihara) , siapakah yang tidak mempunyai karma ? Selama 60.000 tahun, setiap orang membawa dosa dan karma datang ke dunia, hari ini berkat welas asih dan karunia TUHAN YME , mengijinkan Guru membawa arwah datang ke sini, kiranya murid-muridKu semua bisa tenang. Dengan membawa perasaan melimpahkan jasa, perasaan penuh pertobatan dan hati yang penuh rasa iba untuk menyaksikan peristiwa ini ! Geserlah kursi-kursi ini ke samping. Apakah anak itu (Liu Chiu Ling ) boleh berlutut ? 


Hadirin : " Boleh ".

Guru Sejati : "Biarkan dia duduk di pai tien ( jok sembahyang ) Siapkan lebih banyak orang ! Duduklah dengan tenang ".

Arwah : "Hu .... Hu ... ( suara tangisan ) . Guru yang welas asih , saya sudah lama mencarinya, saya mau mencarinya . Hu ..... Hu .... Saya mau mencarinya "

Guru Sejati : "Kamu sabar dulu , Saya akan berikan kamu keadilan, jangan buang-buang waktu, cepatlah menyingkir "

Guru Sejati bertanya kepada hadirin : " Sudah lihat ? Setiap orang bukan hanya memiliki 1 karma. Sudahlah , Guru berharap hari ini kalian bisa menenangkan hati, dengan hati yang penuh rasa iba , limpahkan jasa, berikan kepada semua umat di dunia, bagaimana ?"

Hadirin : " Baik "

Guru Sejati : " 4 Raja Langit 四大天王dan 萬仙菩薩 puluhan ribu Bodhisatva sudah berada di sekeliling vihara melindungi kalian. Saya Ci Kung 濟公 yang tidak mempunyai kemampuan dan tidak mempunyai kebajikan, tidak sanggup sepenuhnya melindungi kalian, sehingga pembinaan diri kalian belum tentu tanpa rintangan, Guru juga mengharapkan kalian juga bisa melakukannya dengan sepenuh hati, bagaimana ?"

Hadirin : "Baik "

Guru Sejati : "Kalian pertama kali menjalankan pekerjaan ini. Kalian sendiri harus berhati-hati"

Hadirin : "Terima kasih atas welas asih Guru "

Guru Sejati : "Kuasai situasi, jangan sampai dia (arwah) beranggapan kalian takut kepadanya, mengerti ? Guru sangat khawatir akan kalian ! Guru tidak berpanjang lebar lagi, kiranya kalian bisa tenangkan hati, jangan terpengaruh oleh keadaan luar ."

( Setelah Guru Sejati pergi, arwah langsung merasuki raga San Chai Tri Duta )


Arwah : "Lepaskan saya! Jangan pegang saya ! Kalian lepaskan tangan saya !"



Pandita  : "Pegang dia ! Kamu tenang dulu, ada masalah apa pelan-pelan dibicarakan "



Arwah : "Tidak perlu membicarakan tentang aturan. Lepaskan saya ! Pergi ! Kau bukan wanita dalam keluarga saya. Jangan membicarakan tentang aturan pada saya "



Pandita : "Kamu tenang dulu, simpan dulu kebencianmu "



Arwah : "Nyawaku sudah melayang, apakah masih bisa tenang ?"



Pandita : "Nyawamu sudah tiada, itu adalah masa lalu "



Arwah : "Jangan membicarakan masa lalu denganku, yang kulihat adalah yang sekarang , pergi ! (nampaknya arwah ini sangat terharu ) . Saya mau melihat dia ( yang dimaksud Liu Chiu Ling ) "



Pandita : " Tapi kamu (arwah ) tidak boleh menyakitinya ! Liu Chiu Ling kamu duduk lebih dekat kesini , arwah ini mau melihatmu "



Arwah : "Berikan saya kursi, saya mau minum air suci. Saya tidak mau duduk di sini, saya tidak mau melihat Pelita Budha . Jangan tarik saya, saya bisa jalan sendiri "


Pandita : "Biarkan dia mendekat, jangan terus tarik dia. Bukankah kamu ingin minum air suci ?"

Arwah : "Sekarang saya sudah tidak mau !"

Pandita : "Kenapa berbicara begitu ? Bukankah kamu tadi mengatakan ingin air suci ?"

Arwah : "Huh ..... ! Tidak mau ya tidak mau " ( dengan nada ketus )

Pandita : "Kamu dengan dia ada rasa dendam apa ? Guru tadi berpesan , jadi sekarang kamu boleh katakan "

Penceramah : "Guru ada memberi Firman kepada Dian Chuan Shi ( 點傳師 Pandita ) untuk membantumu "

Arwah : "Saya tidak mau duduk di tempat ini. Saya tidak mau duduk begini "

Pandita : "Baiklah ! Dia ( Liu Chiu Ling ) berlutut di sana, kamu (arwah ) ada masalah apa , boleh kamu utarakan sekarang "



Arwah : "Lepaskan saya, saya tidak suka kalian. Hu ... Hu ... ( sambil menangis tersedu-sedu ) saya datang ke sini, kalian semua mengganggu saya . Hu .... Hu .... "



Penceramah : "Kami tidak mengganggu kamu, kami hanya membantu kamu "



Pandita  : "Kamu ada masalah apa pelan-pelan utarakan, karena waktu terbatas. Atas Karunia dari TUHAN YME 老㊥ , Firman dari Guru, agar saya bisa membantu kamu menyelesaikan masalah ini. Coba kamu tenangkan hatimu terlebih dahulu"



( Liu Chiu Ling pada saat itu  berteriak-teriak )



Pandita : "Coba kamu lihat, sekarang dia ( Liu Chiu Ling ) sudah menjadi seperti ini ( dalam keadaan kurang sadar ) . Pepatah mengatakan lebih baik mencari teman daripada mencari musuh. Ada kekesalan apa dihatimu, lekas katakan ! Kami bisa membantumu. Ini kesempatan yang Guru berikan kepadamu, jangan disia-siakan. Kamu ada minta syarat apa, katakan saja ! "



Arwah : "Saya ingin dia mati ! Saya ingin dia mati !"



Pandita  : "Anda ingin dia mati juga percuma ! "



Arwah  : "Setidaknya dalam perjalanan menuju ke neraka saya tahu dia sudah mati, maka saya akan merasa tenang dan puas "



Pandita : "Walaupun dia mati, kamu juga tidak bisa bereinkarnasi, amarahmu juga tidak bisa reda "

Penceramah : "Kamu berikan dia kesempatan untuk beramal agar pahala bisa dilimpahkan kepadamu, TUHAN dan Guru pasti memberimu waktu "

Arwah : "Jangan bicara soal waktu padaku. Saya sudah tidak mempunyai waktu lagi !"

Pandita : "Kalau demikian kamu harus ceritakan dari awal sebab-musababnya  karma ini dengan jelas dan kapan terjadinya ?"

Penceramah  : "Kami akan memberitahukan masalahmu ini kepada semua umat dan para hadirin di sini. Mereka akan mengetahui bila itu salah. Dan kelak mereka akan menggunakannya dalam diri mereka dan menghargainya, sehingga mereka dapat berhati-hati dalam membina diri, dengan demikian kamu juga bisa mendapatkan amalnya, apakah kamu mengerti ?"

Pandita  : "Anda tidak membuka mulut, kamu juga tidak bisa mengerti "

( Pada saat itu arwah  menerjang ke arah Liu Chiu Ling )

Pandita  : "Pegang dia !"

( Pada saat arwah pertama (wanita ) seketika meninggalkan raga San Chai, bersamaan saat itu arwah kedua ( pria ) datang memasuki raga San Chai )

Arwah kedua (pria) : "Lepaskan saya , saya tidak akan bicara, saya tidak akan bicara "

Pandita :"Satu orang lagi datang untuk membantu. Tenangkan dulu hatimu ( arwah kedua ) ." Biarkan dia duduk terlebih dahulu ( Pandita berbicara kepada  para petugas pelaksana vihara 辦事人員  ) "

Arwah pertama : "Liu Khuen ( arwah kedua ) kau duduk saja, disini saya yang pegang peranan, kau duduk saja "

( Arwah kedua ( pria ) lalu meninggalkan badan San Chai )

Pandita  : "Ada masalah apa coba katakan dengan jelas, kalau seperti ini terus tidak ada jalan untuk menyelesaikannya. Apakah kalian hanya berdua atau bahkan lebih ? Siapa namamu ? Dan pada dinasti apa ? "

Arwah  : "Lupa !"

Pandita  : "Kenapa bisa lupa ? Bila demikian , saya tidak bisa membantu menyelesaikan permasalahanmu "

Arwah  : "Saya memang tidak ingin diselesaikan, saya hanya ingin mengulur-ulur waktu saja "

Pandita  : "Lalu kenapa kamu datang dengan Guru ? Bukankah Guru memberi kamu 1 kesempatan ?"

Arwah  : "Kalau saya suka, kamu mau apa ?"

Pandita  : "Jangan begitu. Malam ini kita perjelas masalah ini. Dilihat dari gayamu, apakah kamu orang yang hidup pada jaman kedinastian ?"

Penceramah  : "Apakah kamu seorang nona ?"

Arwah  : "Saya bukan pria , bukan wanita , saya adalah Dewa "

Penceramah  : "Anda tenang dulu, katakanlah sebab-sebabnya, agar bisa membantu semua orang, dengan demikian kamu adalah Dewa. Bila hatimu masih ada kebencian maka kamu bukanlah Dewa "

Arwah  : "Apakah boleh saya tidak cerita , kalau mereka mengetahui cerita saya, lalu membina diri, menyebarluaskan KeTuhanan ( TAO ) , mereka menjadi Dewa , lalu saya dimana ?"

Pandita  : "Setidaknya anda masih mempunyai kesempatan untuk reinkarnasi "

Arwah  : "Tidak ada kesempatan lagi, keadaan sekarang kamu menyuruhku reinkarnasi, reinkarnasi dimana ? Setan juga naik surga , saya bikin apa ? Mohon apa ?"

Penceramah : "Kenapa tidak bisa ?"

Arwah  : "Dia lari kemana ?" ( yang dimaksud Liu Chiu Ling )

Pandita  : "Ada. Ada disana. Bawa dia ke samping sini "

Arwah  : "Hu ... Hu .... Saya mau papa, saya mau mama , kalian semua membantunya. Siapakah yang membantuku ? Mana orang tuaku ? Mereka dimana ? Mengapa tidak datang membantuku ?"

Pandita  : "Apakah mereka yang mencelakaimu ?"

Arwah  : "Hu .... Hu ... Saya tidak tahu . Saya tidak tahu dimana papa dan mama ?"

Pandita  : "Sekarang berapa usia kamu ? Apakah kamu seorang anak kecil ?"

Arwah  : "60.000 tahun "

Pandita  : "Bagaimana bisa umurmu 60.000 tahun . Kamu jangan bandel . Kamu bermarga apa ?"

Arwah  : "100 tahun. Marga ? Marga saya Bai Jia Xing 百家姓 ( mencakup semua marga ) Marga Wan ( nakal ) Kalian sungguh menjengkelkan. ”

Pandita  : "Tenangkan dulu hatimu "

Arwah  : "Kalau saya bisa lepaskan semuanya, saya sudah menjadi Budha , buat apa masih duduk di sini ?"

Pandita  : "Anda masih mempunyai kesempatan untuk mencapai KeBudhaan . Coba ceritakan riwayatmu , bagaimana kejadian itu terjadi ? Agar kami dapat membantu menyelesaikannya "

Penceramah  : "Dia pernah melakukan kesalahan apa ?"

Arwah  : "Dia melakukan kesalahan tak terampuni. Membunuh, membakar, semuanya dia lakukan "

Pandita  : "Pada kehidupan kapan dia mencelakaimu ? Dinasti apa ? Tolong katakan dengan jelas !"

Arwah  : "Pada dinasti Yao  " ( dinasti Yao sebelum Masehi )


Pandita  : "Tidak mungkin pada masa itu punya masalah "


Arwah : " Ha ... Ha ... ternyata kalian orang yang membina diri masih mempunyai akal kebijakan , ini yang membuat saya masih memandang kalian"

Pandita  : "Bawa dia ( Liu Chiu Ling ) kemari , coba kamu (arwah ) tenang , kamu ambil nyawanya , juga tidak ada manfaatnya untuk kamu "

Arwah  : "Kenapa tidak ada manfaatnya, manfaatnya banyak sekali. Saya tidak memberi dia kesempatan "

Pandita  : "Dia telah memohon KeTuhanan ( 求道 memohon Tao ) , bila dia mati yang kamu dapat hanya badan raganya. Rohnya tetap kembali ke Nirwana "

Arwah  : "Bawa dia kesana . Saya benci dia . Bila memang betul bisa jadi Dewa , sayapun tidak ingin melihatnya ( arwah sempat berulang kali memukul tangan dari petugas pelaksana vihara yang menjaganya ) Pergi ! "

Arwah  : "Marga saya Yang "

Pandita  : "Siapa nama kamu ? Kalau dilihat sepertinya wanita. Betul tidak ?"

Arwah  : "Saya bernama Yang Gui Fei "

Pandita  : "Mana mungkin, Yang Gui Fei cuma satu "

Arwah  : " Pergi !" ( sambil berteriak dan menangis )

Pandita  : "Jangan emosi. Lanjutkan ceritamu. Waktu terbatas, kalau kamu ribut terus, kami akan membakar dupa besar mengundang Fa Li Zu 法律主 ( Budha Penegak Hukum關Guan 张Zhang 呂Lv 岳 Yue ) yang mengambil keputusan. Guru memberi kamu kesempatan ini untuk memberi kesaksian karena kamu mempunyai jodoh , Bila Fa Li Zu hadir maka kamu tidak mempunyai kesempatan lagi. Jauhkan perasaan Tamak , Dengki dan Kedunguan batin , cepatlah cerita !"

Arwah  : "Nama saya Yang Gui Fei . Tidak percaya ya sudah ! Saya berumur 60.000 tahun . Menjengkelkan sekali "

Penceramah  : "Kamu dengan dia ada dendam apa ?"

Arwah  : "Sangat besar !"

Penceramah  : "Besarnya sampai bagaimana ? Bila kamu tidak katakan , kami tidak jelas, bagaimana caranya kami membantumu ?"


Arwah : "Tanya saja kepada dia, dia paling jelas. Saya sendiri juga tidak jelas "

Pandita  : "Dia telah lupa kehidupan masa lampaunya. Kalau kamu pasti masih ingat. Coba ceritakan kepada kami "

Arwah  : "Saya sudah pernah memberitahukan kepada dia. Dia juga mengatakan kepada saya. Ai Ya... ! Tidak ingat lagi kejadiannya . Dia yang ingat, saya tahu dia masih ingat !"

Pandita  : "Baik, kita tanya kepada dia, kamu pasti sedang membohongi kami "

Arwah : "Ha ... Ha ... Ha ... Coba tanya dia, hidup tidak matipun tidak, mau mati ? terlalu nyaman ! Mau hidup ? Saya tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang ! "

Penceramah  : "Liu Chiu Ling telah lupa , tolong kamu yang ceritakan, jangan mengulur-ulur waktu lagi. Pandita berwelas asih akan menceritakan kisah ini kepada banyak orang "

Pandita  : "Kamu ( Liu Chiu Ling ) berlutut di sana . Jangan banyak bergerak !"

Arwah  : "Kamu ( Liu Chiu Ling ) sudah kalah , kau lihat berapa banyak orang yang membantuku ? Kau sudah kalah, kau betul-betul sudah kalah !"

Penceramah  : "Apakah kalian adalah teman bermain dari kecil hinga dewasa ? Ataukah teman, famili , saudara ?"

Arwah  : "( menangis ) Dia adalah kakak perempuanku . Hu .... Hu ... Saya ingin sekali melupakan kalau dia adalah kakak saya, membuat saya sangat menderita dan sangat sedih . Hu ... Hu ... "

Pandita  : "Sekarang kami sudah tahu kalau dia adalah kakak perempuanmu, coba ceritan kekesalan dalam hatimu "

Arwah  : "Saya tidak menangis "

Penceramah : "Kamu memang sangat berani"

Pandita  : "Dia adalah kakakmu, siapa namanya ? Bagaimana kejadian yang sebenarnya ? Tolong ceritakan dengan jelas "

Arwah  : "Namanya ? Tidak sama marga dengan saya . Namanya Liu Chiu Ling "

Pandita  : "Itu adalah namanya kehidupan yang sekarang . Dulu siapa namanya ?"

Arwah  : " Dia bernama Yang Chou Fei 杨丑妃. Saya bernama Yang Gui Fei 杨贵妃 " ( menyebut asal-asalan ) 

NB : Yang Gui Fei 杨贵妃 merupakan salah 1 diantara 4 wanita tercantik dalam sejarah Tiongkok 

Penceramah : "Kamu telah menceritakan hubungan kalian kepada kami "

Arwah  : "Betul ! Kalian sudah mengetahui semuanya, ya sudah !"

Pandita  : "Kami hanya tahu bahwa kalian adalah saudara, tetapi sebab terjadinya kejadian pada masa lampau, kamu harus jelaskan dengan jelas !"

Arwah  : "Saya ingin duduk dengan baik, saya tidak ingin terlihat tidak sopan, (arwah bertanya kepada Liu Chiu Ling ) apakah kamu tidak merasa bersalah kepada saya ? Coba tanya pada hatimu sendiri, apakah kamu tidak merasa bersalah kepada saya ?

Pandita  : "Dia sekarang telah melupakan kejadian pada kehidupan masa lampau. Kamu ceritakan dulu sebab akibat timbulnya kejadian ini, agar semua orang bisa mengetahuinya, sahingga baru dapat membantumu "

Arwah  : "Baik ! Saya akan ceritakan, kamu biarkan saya kesana sedikit "

Penceramah  : "Sedikit saja, jangan sakiti dia "

Arwah  : "Dia juga bermarga Yang "

Pandita  : "Dia adalah kakakmu, tentu saja bermarga Yang "

Arwah  : "Nama saya Yang Yue Qing berumur 22 tahun, dia bernama Yang Mei Yue berumur 23 tahun "

Pandita  : "Di Tiongkok pada dinasti apa ?"

Arwah  : "Kamu bisa menebak, tebaklah semalaman. yang penting saya punya waktu, dan meringankan tugasku "

Pandita  : "Waktu kita terbatas, bukan semalaman menemanimu begini terus "
( Arwah kedua saat itu datang lagi )


Arwah kedua  : "Ai ..... Yah ! Buat apa beri penjelasan . Tidak perlu jelaskan . Kalau mengerti, ya mengerti . Kalau tidak, ya biarkan sajalah . Jangan mengikuti saya !" ( yang dimaksud petugas pelaksana vihara )

Arwah : "Liu Khuen ! Liu Khuen ! Di sini saya yang memegang peranan. Jangan takut Liu Khuen !"

Penceramah  : "Kalian teman ? atau ...... ?"

Arwah kedua  : "Saya ingin mengambil nyawanya. Apakah tidak boleh ?"

Arwah  : "Nyawanya tidak berharga "

Arwah kedua : "Saya ingin dia melintaskan 500 orang untuk saya "

Arwah  : "Kalau begini celakalah saya , kamu tidak perlu takut dan juga tidak usah ikut campur "

Arwah kedua : "Saya ingin dia mencetak 10.000 buku suci "

Arwah  : "Kamu jangan ribut lagi ! Duduk disana ! Lihat saya saja, saya bilang saya pasti mampu !"

Arwah kedua : "Kamu harus lebih galak sedikit !"

Arwah  : "Ah ... ! Bikin malu saja, kalau begitu mana mirip seorang nona besar ?"

Pandita  : "Betulkan ! Kamu adalah seorang nona , lalu siapakah namanya ?

Arwah  : "Duduk disana ! Coba lihat , kamu seorang lelaki, tetapi dipegang banyak wanita (petugas pelaksana vihara ) , lihatlah kamu seperti apa ? Cepatlah duduk ! " ( yang dimaksud arwah kedua )

Pandita  : "Kalian adalah teman ? atau dia adalah suamimu ?"

Arwah  : "Kami adalah ......... saya tidak mau bicarakan lagi. Hu ..... Hu ........ ( menangis ) apakah kalian mengetahui betapa menderitanya saya ? Saya tidak ingin cerita lagi , seluruh badan saya sakit, kau mengerti tidak ? Hu .... Hu ..... "

Pandita  : "Tolong jelaskan !"

Arwah  : " Saya mau minum air suci ( air persembahan ) "

Pandita  : "Tadi diberikan, kamu tidak minum "

Arwah  : "Tadi saya tidak ingin minum ! Sekarang saya ingin minum ! Jangan urus saya, saya memang suka begini "

Pandita  : "Kalau begini caramu, kamu salah ! Ini air suci Yang Maha Kuasa sangat berharga "

Arwah  : "Saat ini saya yang paling besar, sebenarnya kamu mengerti tidak ?"

Pandita  : "Memang kamu yang paling besar, tetapi masih ada Firman dari Guru !"

Arwah  : "Jangan memakai nama Guru kalian untuk menekan saya !"

Penceramah : "Guru, juga adalah Gurumu "

Arwah  : "Apa ? Saya tidak memohon KeTuhanan ( Qiu Tao ), beri saya kesempatan untuk qiu Tao, lalu saya dapat mengakui DIA sebagai Guru !"

Pandita  : "Tidak boleh ! kamu mau qiu Tao harus ada Firman dari Guru, kalau kamu menceritakan kejadian ini juga ada pahalanya, mungkin suatu hari nanti kamu mempunyai kesempatan untuk memohon KeTuhanan "

Arwah  : " Ai .... Yah .... ! Jangan ribut. ! Apakah ini air suci ?"

Pandita  : "Betul ! "

Arwah  : "Yang tadi itu Liu Khuen , 25 tahun. Di rumah saya adalah anak  bungsu, paling dimanja "

Pandita  : "Apa hubuganmu dengan dia ?"

Arwah  : "Haruskah saya ceritakan ? Bolehkah kalau saya tidak cerita ? Karena ini adalah masalah keluarga !"

Pandita  : "Harus diceritakan. Setelah anda ceritakan, kami akan menjadikannya buku lalu dibagikan. Ceritakan semua kejadian pada saat itu dengan jelas, agar manusia bisa mawas diri. Itu juga merupakan suatu amal !"

Arwah  : "Cerewet ! Kamu lebih cerewet dari ayahku !"

Penceramah  : "Kamu ceritakan saja ! Bukan saja membantu umat di makassar , juga dapat membantu umat-umat kalangan Thien En ( kalangan vihara ) !"

Arwah  : " ( menangis ) Hu .... Hu .... Betulkah kalian dapat membantuku ?"

Pandita  : "Betul ! Kami sungguh ingin membantumu "

Penceramah : "Welas asih dari TUHAN YME , memahami pada kehidupan masa lampau kamu mempunyai dasar kebajikan, oleh karena itu memberi Firman pada Guru "

Arwah  : "Jangan bicara lagi ! Saya tidak mempunyai kebajikan ! Hu .... Hu ..... saya telah membunuh orang tuaku. Saya tidak sengaja membunuh papa mama, sehingga akhirnya saya tidak mempunyai orang tua, dan kalian menggangguku . Hu .... Hu ... "

Penceramah  : "Kalian satu ayah lain ibu atau satu ibu lain ayah ?"

Arwah  : "Ai .... Yah ! Bicaramu semakin ngawur saja , sehingga semua masalah dalam keluarga-ku kau salah tafsirkan !"

Penceramah  : "Baiklah ! kalau begitu kamu saja yang jelaskan dengan jelas. Kalau kamu tidak menjelaskan dengan jelas, tentu kita akan menebaknya. Mengira kamu tidak mempunyai ayah dan ibu "

Arwah  : "Saya dengan dia satu ayah satu ibu !"

Penceramah  : "Pada dinasti apa ? Lalu kami baru dapat menjadikannya buku untuk memperingatkan umat-umat di dunia , dengan demikian , bukan hanya di Makassar, Surabaya , Jakarta saja , melainkan semua kota bisa mengetahui kisah ini "

Arwah  : "Jangan berlutut ! Tidak boleh berlutut , kalau tidak jangan halangi saya ! Pergi sana !" ( yang dimaksud penceramah )

Pandita  : "Tolong kamu jelaskan , karena waktu kita sangat terbatas "

Arwah  : "Kalian jangan mengerumuni saya, khususnya kamu ! Kamu berlutut agak jauh sedikit kesana, antara wanita dan pria harus ada jarak ! Berlutut agak jauh sedikit !" ( yang dimaksud adalah Pandita )

Penceramah : "Harap kamu bisa mengerti . Kami semua ingin membantumu "

Arwah  : "Di Propinsi Guan Zhou Kabupaten Gui . Keluarga saya adalah keluarga besar dan berada, pembantu di rumah ada 20 orang "

Pandita : "Oh ! Anda adalah putri bangsawan "

Arwah  : " Tentu !"

Penceramah  : "Luar biasa . Coba lihat ! Kami semua bukan bangsawan "

Arwah  : "Kalau bukan , jangan terlalu dekat !"

Penceramah  : " Baik .... baiklah !"

Arwah  : "Pokoknya yang saya tahu, setiap kali datang ke tempat ini pasti tidak mengambil nyawanya . Guru kalian selalu bantu ... bantu ..... bantu .... kalian juga bantu , bantu , bantu . Sehingga kami tidak bisa mendekat. Oleh karena itu , saya juga harus menjaga penampilan saya . Kalian takut saya mencelakainya , pokoknya saya menggunakan pikiran saya saja, itu sudah dapat mencelakainya "

Pandita  : "Waktunya sudah berapa lama  ?" (waktu sejak arwah datang ke vihara  )


Arwah  : "Aii ...! Sebenarnya sekarang saya menyesal. Masih sempatkah saya menyesal ?"

Penceramah  : "Tentu bisa ! Asal kamu ceritakan kejadian yang sebenarnya kepada kami, dapat digunakan untuk menasehati orang "

Arwah  : "Sekarang saya sudah menyesal, apakah boleh saya tinggal di vihara ini ? Membantu vihara , boleh tidak ?"

Pandita  : "Tidak boleh ! Ini bukan ragamu, ini adalah raga San Chai. Dia mempunyai jalan hidup tersendiri, kamu juga mempunyai jalan hidup sendiri "

Arwah  : "Saya tidak mempunyai kehidupan lagi, tidak punya lagi "

Pandita  : "Kamu hidup di alam tak berwujud, sedangkan San Chai menjalani hidupnya sendiri. Kalian sama sekali tidak ada sangkut pautnya. Hari ini pelintasan umum 3 alam disebarluaskan, barulah dia mempunyai kesempatan meminjamkan raganya kepada kamu. Kamu tidak boleh mengambil raganya !"

Penceramah  : "Kamu mempunyai amal, Guru pasti akan bantu mengaturnya . Bicaralah agar kita dapat membantumu , kamu telah meninggalkan dunia ini, kamu tidak mengerti waktu lagi, kami terus membantu anda melihat waktu, kamu datang sudah lama, jangan sia-siakan kesempatan ini. Kalau kesempatan ini berlalu maka kamu tidak mempunyai kesempatan lagi "

Arwah  : "Saya dicelakai pada tahun 3 Min Guo ( tahun 1914 ) Saya dengan dia adalah saudara kandung yang baik. Ayah dan ibu paling menyayangi saya, ibu sudah berusia lanjut baru melahirkan kami. Pada saat itu saya berusia 20 tahun, ayah dan ibu sudah berusia 60 tahun. Kemudian karena dia berkenalan dengan Fang Chuen "

Pandita  : " Siapakah Fang Chuen ini ?"

Arwah  : "Fang Chuen adalah kenalan baik keluargaku, dia sering datang bertamu ke rumah kami, dia berumur 23 tahun seumuran dengan kakakku"

Pandita : "Selanjutnya bagaimana ?"

Arwah  : "Selanjutnya , saya sudah lupa "

Penceramah  : "Tidak apa-apa, kamu pelan-pelan pikirkan "

Arwah  : "Sudah lupa ! Lupa ! Sudahlah, jangan bicarakan lagi. Saya tidak ingin melihatnya, pokoknya kelak saya akan tetap menghantuinya "

Pandita  : "Jangan begitu ! Saling membalas dendam apa gunanya ?"

Penceramah  : " Welas asih TUHAN YME menurunkan Tao ini, juga karena ingin kita mengimpasi karma kita "

Arwah  : "Tetapi ini adalah masalah intern keluargaku, bagaimana bisa saya ceritakan kepada kalian "

Pandita  : "Tetapi Guru ada Firman agar kami menyelesaikan masalah ini, kalau tidak ada Firman dari Guru, kami juga tidak akan menyelesaikan masalah ini "

Arwah  : "Kami adalah keluarga besar, rahasia keluarga mana boleh diceritakan kepada orang lain "

Pandita : "Walaupun keluarga besar, tetapi semua itu adalah kejadian masa lampau tahun 3 Min Guo ( 1914 ) , waktu itu kami semua belum lahir, kita juga tidak mengetahuinya. Kamu ceritakan, orang-orang juga tidak mengetahui siapa itu Yang Yue Qing "

Arwah  : "Masih ada ! Masih ada ! Kamu bawa saya pulang, saya akan menunjukkan kepada kalian rumah saya, masih ada kok !"

Pandita  : "Tetapi itu di daratan Tiongkok, sekarang kita ada di Indonesia, kami tidak mengetahuinya, dan buku ini tidak mungkin disebarkan sampai ke daratan Tiongkok. Bila kamu menjelaskan secara rinci kami pasti membantu kamu menyelesaikannya "

Arwah  : "Waktu itu Fang Chuen berkenalan dengan kakak, mereka berhubungan tanpa sepengtahuan ayah dan ibu, Liu Khuen saat itu adalah pengurus di rumah kami "

( Saat itu arwah kedua datang lagi )

Arwah kedua  : "Dengan mereka tidak terlalu cerewet, masih mau bicara apa lagi ?"

Arwah  : "Masih ada waktu , kau tidak perlu khawatir, saya menyuruh kau duduk, kenapa kau datang lagi ?"

Arwah kedua  : "Tidak perlu bicara terlalu banyak, Langsung buka harga saja, selesai !

Arwah  : "Kau jangan ikut campur, saya suka mengulur-ulur waktu. Kau cepat duduk !"

Arwah kedua : "Ai.... Yah ! Berbicara dengan kalian yang membina diri memang tidak ada gunanya !"

Arwah  : "Kau cepat duduk !"

Arwah kedua : "Pergi kau ! Pergi kau  ! ( yang dimaksud pandita ) Saya tidak mau melihatmu , pergi kau !

Pandita : "Kamu dengarkan perkataan nonamu ! Petugas vihara tolong awasi dia !"

Arwah  : "Kau jangan datang lagi ! Kau cepat duduk ! "

Pandita  : "Nonamu sudah marah, menyuruh kamu cepat duduk !"

Arwah kedua  : "Langsung saja tentukan harganya. Buat apa bicara begitu banyak ( panjang lebar ) "

Arwah  : "Tidak ! Kalau begitu tidak seru. Kau cepat pergi ! kalau tidak, saya tidak akan membagikannya padamu ( yang dimaksud pahala ) "

Arwah kedua : " Pergi .... pergi "

Arwah  : "Kau jangan urus saya. Dengar tidak ?

Arwah kedua  : "Saya berbicara dengan dia "

Arwah  : "Kau tidak mungkin dapat menceritakannya. Dia adalah lelaki. Lelaki dengan lelaki mana bisa akur !"

Arwah kedua  : "Saya lagi bicara"

Arwah : "Kamu jangan urusi saya !"

Arwah kedua : "Bicara yang jelas . Jangan ada yang kurang. Bila ada yang kurang , saya akan membuat perhitungan dengan kau !"

Arwah : "Kau berani membuat perhitungan dengan saya ? Huh !"

Arwah kedua  : "Kau harus bicara yang jelas "

Arwah  : " Pergi kau ! Kau ...... "

Arwah kedua  : " Saya pasti pergi, karena tidak mendapat Firman untuk datang, kau cepat katakan ! Tidak usah banyak bicara dengan mereka lagi . Tidak katakan mereka juga tidak mengerti !"

Arwah  : "Kau pergi saja !"

Arwah kedua  : " Guru kalian Ci Kung, dilihat saja sudah menjengkelkan, memberi Firman hanya kepada 1 orang untuk datang, tidak memberi Firman kepada saya untuk datang "

Arwah  : "Karena Dia mengetahui bahwa saya dapat menceritakannya "

Arwah kedua  : "Kalian semua menjauh. Saya adalah orang yang sopan. Saya tidak mengatakan kepada kalian bahwa  saya tidak menginginkan nyawanya sekarang, tetapi saya akan dengan perlahan menyiksanya. Mengerti ?"

Arwah  : "Saya menyuruhmu pergi. Kau dengar tidak ?

Arwah kedua  : "Sudahlah ! Saya sudah mau pergi juga . Fa Li Zu juga mendesak saya, saya tidak ingin bicara lagi dengan kalian, tetapi saya dapat dengan perlahan menyiksanya "

( Lalu arwah kedua pergi )

Arwah  : "Saya ingin minum air suci "

Pandita  : "Bawakan air suci untuk dia , lanjutkan ceritanya "

Arwah  : "Haruskah saya menceritakannya ?"

Pandita  : "Harus ! Dengan demikian barulah kami dapat membuatnya menjadi buku "

Arwah  : "Pengurus rumah juga adalah bendahara di rumahku, tidak tahu mengapa saya telah buta "

Pandita  : " Ohh ! Saya sudah tahu "

Arwah  : "Saya tidak tahu mengapa bisa terpikat padanya , menjengkelkan. Selanjutnya , Fang Chuen adalah seorang play boy, suka berhura-hura, coba lihat matamu ( Liu Chiu Ling ) , belajar dari orang lain begitu, setidaknya Liu Khuen masih seorang bendahara, masih mempunyai uang, kalau kau ? Pergi mencari orang yang hanya tahu menghamburkan uang dan tidak tahu mencari uang "

Pandita  : "Ini air suci "

Arwah  : "Sudah tidak ingin minum lagi, tadi ingin minum tidak diambilkan "

Pandita : "Maaf .... maaf "

Arwah  : "Kemudian ayah dan ibu mengetahui hubungan saya dengan Liu Khuen, saya hanya kekurangan uang untuk membeli perlengkapan alat rias. Setelah mengambil uang, kemudian kami bertengkar, ayah dan ibu mengetahui ini dan sangat marah, dengan ketat mengawasiku, tidak lagi menjagaku dengan telaten, mereka selalu menyayangiku. Mengapa saya bisa begitu ? Pasti kau yang melapor kepada mereka, betulkan kau yang melapor ? Beritahu saya, betul tidak ? Jawab saya, sudah bisu ? " ( yang dimaksud Liu Chiu Ling )

Pandita  : "Lalu mengapa sampai Liu Khuen pun ikut meninggal ?"

Arwah  : "Tidak tahu mengapa, Fang Chuen pun mengetahui masalah ini, dan dia juga mengetahui bahwa ayah dan ibu bertengkar dengan saya, dia hanya ingin mengejar harta kekayaan keluarga kami "

Pandita  : "Kemudian bagaimana ?"

Arwah  : "Hei .. kakak ! Saya ingin tanya padamu, apakah Fang Chuen pernah mencintaimu, ataukah hanya mencintai harta ayah dan ibu ? Coba kau katakan !"

Pandita  : "Dia telah lupa masa lampaunya "

Arwah  : "Kau sangat menyukainya, kami berempat pada tahun 1 Min Guo ( 1912 ) mulai merencanakan untuk mengambil harta kekayaan keluarga kami. Hu .... Hu .... Saya tidak tahu bahwa ayah dan ibu sebenarnya masih menyayangiku, saya mengira bahwa mereka selamanya tidak akan menyayangiku lagi. Hu ... Hu .... saya tidak mempunyai niat demikian, saya mengira mereka tidak menyayangiku lagi "

Pandita  : "Kalian berempat membunuh hanya karena harta kekayaan ?"

Arwah   : "Fang Chuen di tempat lain ada membuka pabrik. Dan semua perusahaan atas nama ayah, dia pindahkan ke pabriknya, ayah dan ibu mulai mengusut. Saya mengira sudah tidak ada masalah. Benar kami mengira tidak akan terjadi sesuatu. Pada saat kami hampir berhasil..... Saya tidak ingin melanjutkan ceritanya lagi "

Penceramah : "Apakah karena ayah dan ibu mengetahui ? Kemudian kalian melakukan hal itu . "

Arwah  : "Saya tidak ingin menceritakannya lagi, khawatir menyakiti perasaan ayah dan ibu "

Pandita  : "Ayah dan ibumu telah meninggal. Bila diceritakan baru ada penyesalan dalam hati, punya hati untuk bertobat. Tadi Guru berkata , agar kita membawa hati yang penuh pertobatan , hati yang penuh rasa terima kasih . Hari ini kita telah bersalah, tidak apa-apa yang penting kita bertobat orang tua kita. Walaupun orang tua kita telah meninggal, ada kesempatan ini untuk mengatakannya, juga termasuk bertobat kepada orang tua "

Arwah  : "Pada detik-detik terakhir, pada saat kami mendekati keberhasilan, Fang Chuen lalu membawa saya dan Liu Khuen ke suatu tempat, dia membohongi kami bahwa di sana ada harta karun, dia juga mengatakan kalau kami telah mendapatkan harta tersebut, kami dapat hidup bebas dan bersenang-senang, saya yang telah mabuk dan kerasukan setan, tidak sadar apa yang telah saya lakukan "

Pandita  : "Kemudian kalian pergi dengan dia , benar tidak ?"

Arwah  : "Kemudian dia memberi minuman yang membuat kami pusing, lalu kami pingsan, dengan demikian saya dan Liu Khuen dibunuh, tanpa tahu sebabnya "

Pandita  : "Ohh ! Tanpa tahu sebabnya kalian dibunuh. Lalu  Fang Chuen sekarang berada dimana ?"

Arwah : "Belum cukup, dia lalu membuat jasad kami .... Aaii !"

Pandita  : "Bagaimana ? Apakah dia membuang jasad kalian ? Ataukah memutilasi jasad kalian ?"

Arwah  : "Tidak begitu sadis "

Penceramah  : "Apakah dia mengubur jasad kalian ataukah dibuang di atas gunung ?"

Arwah  : "Dia yang telah menyembunyikan banyak uang ditubuh kami, lalu jasad kami dibuang ke danau bagian tenggara, sebenarnya dia ( Liu Chiu Ling ) tidak sepenuhnya dapat disalahkan, itu juga karena dia terlalu mencintai Fang Chuen, dia juga tidak mengetahui tentang kematian kami yang mati terbunuh "

Pandita  : "Kakakmu juga tidak mengetahui pembunuhan tentang kematianmu ?"

Arwah  : " Itu adalah siasat Fang Chuen sendiri, Dia sangat bersedih, dia mengira adiknya ini telah meninggal, karena mengingat hal ini, saya tidak membunuhnya "

Penceramah  : "Dia benar-benar tidak mengetahui siasat licik Fang Chuen ?"

Arwah  : "Tidak tahu, Fang Chuen memberitahukan dia kalau saya dengan Liu Khuen kawin lari, kemudian terjatuh ke sungai dan meninggal, saya sangat membenci dia, tetapi dia lebih menderita dari saya "

Pandita  : "Kemudian, kehidupannya dengan Fang Chuen tidak terlalu baik, benar tidak ?"

Arwah  : "Sebenarnya , dia seperti sekarang ini juga ada penyebabnya "

Pandita  : "Apa penyebabnya ?

Arwah  : " Karena dia adalah orang tidak berprinsip pada kehidupan masa lampau, sejak kecil ayah dan ibu memanjakan saya, karena saya pintar . Sebenarnya dia juga baik, dia rajin dan berbakti kepada orang tua, sehingga hari ini dia mempunyai kesempatan untuk membina diri, bila bukan karena demikian, saya saja belum membina diri apalagi dia, dia terjerat oleh cinta dan benar-benar terperangkap, mengenai pembunuhan terhadap orang tua, dia juga tidak banyak mengetahuinya, hanya mengira itu sudah nasib orang tua, lalu harta kekayaan orang tua berpindah ke pabrik kami, sehingga dengan terpaksa dia menyetujuinya "

Pandita : "Kemudian bagaimana dengan Fang Chuen ?"

Arwah  : "Saya tidak tahu dimana dia meninggal "

Pandita  : "Kamu seharusnya mengetahui beritanya "

Arwah : "Dia dipotong,potong,potong , menjadi berkeping-keping, dan menerima hukuman siksaan di neraka. Setelah saya meninggal ayah dan ibu sangat sedih, karena mereka sangat menyayangi saya, sedangkan dia hanya setengah, dia juga mengetahui kalau ayah dan ibu lebih menyayangi saya, tetapi dia tidak iri, dia tetap menjaga saya "

Penceramah  : " Kalau begitu dia adalah seorang kakak yang baik "

Arwah  : "Tetapi saya kesal padanya, dia tidak mencegah Fang Chuen mencelakai kami, sehingga hari ini saya terlantar "

Pandita  : "Bukankah kamu mengatakan bahwa kakakmu tidak mengetahui hal ini ?"

Arwah  : "Mengapa dia begitu bodoh, tidak ingin mengetahuinya ?"

Penceramah  : "Bukankah kamu mengatakan kalau kakakmu rajin, tidak mempunyai pendirian, bagaimana mungkin dia dapat memperhatikan begitu banyak hal ?"

Arwah  : "Setelah saya meninggal, tidak lama kemudian ayah dan ibu juga meninggal, semua harta kekayaan orang tua diwariskan kepada dia, Fang Chuen sangat senang, mereka melewati hari-hari yang menyenangkan beberapa tahun, dia sangat mempercayai Fang Chuen. Tidak lama kemudia di daratan Tiongkok terjadi peperangan, saya dengar teman mengatakan pada saat itu, mereka dengan membawa harta kekayaan mereka menuju ke Asia Tenggara , tidak lama kemudian saya dengar kalau mereka meninggal karena tidak dapat beradaptasi dengan iklim cuaca dan keadaan geografis yang berbeda "

Pandita  : "Lalu kenapa kalian selalu mengganggunya ?"

Arwah  : "Karena dia juga salah satu dalangnya ?"

Pandita  : "Bukankah kamu mengatakan bahwa dia tidak mengerti hal itu ? Dulu kami pernah menangani masalahnya, apakah kamu yang selalu mengganggunya dan tidak mau melepaskannya ?"

Arwah  : "Kamu mengira pada kehidupan yang lampau hanya kami saja ? Sebelumnya dia sudah pernah beberapa kali dilahirkan, ditambah lagi dengan kami ini akhirnya menjadi lebih banyak. Apalagi yang ingin kalian tanyakan ? Saya khawatir yang saya katakan tidak jelas, Raja Neraka akan menghukum saya "

Pandita  : "Kami harus menggunakan cara apa agar kakakmu dapat sembuh ?"

Arwah  : "Dia sembuh atau tidak, saya tidak peduli lagi "

Pandita  : "Kalian adalah saudara yang baik, kalau kakakmu sembuh dapat berbuat amal untuk kamu yang sebagai adiknya "

Arwah  : "Saya sudah ingat kenapa dia bisa begini "

Pandita : "Kalau begitu coba kamu katakan "

Arwah : "Sudah dikatakan Fang Chuen bukan orang baik, dia diluar selingkuh dengan wanita lain, dia mencela kakak tidak cukup pintar, tidak dapat membantu dia dalam usahanya, siapa suruh dia begitu bodoh, mati-matian mencintai Fang Chuen, sehingga menyewa orang luar untuk mencelakai para wanita itu, para wanita itu ada beberapa yang menjadi teman kami juga ."

Pandita  : "Dia membunuh banyak wanita "

Arwah  : "Tidak membunuhnya , tetapi hanya melukai mereka saja sehingga para wanita simpanan itu menaruh dendam kepada kakak saya. Lagi pula suaminya yang jahat itu mengetahui kalau kakak masih mewarisi banyak kekayaan yang diatas namakan kakak saya. Dia juga mengetahui bahwa kakak pernah menghajar wanita-wanita simpanannya itu, dan karena itu dia telah mengetahui bahwa rahasianya telah terbongkar, maka satu per satu wanita simpanannya diusirnya. Sehingga dia menjadi salah satu sasaran kami, apa boleh buat siapa suruh dia mencintai seorang playboy, betulkah ? Jika bukan karena kakak saya mencintainya maka hari ini tak mungkin saya menjadi begini dan jika bukan karena siasat Fang Chuen (sambil merintih) saya tidak mungkin membenci papa dan mama "

Pandita  : "Sekarang semua itu telah berlalu, saat ini yang terpenting adalah bagaimana memulihkan keadaan kakakmu, lihatlah dia sekarang seperti orang linglung, kesana-kemari, tidak dapat berbuat amal dan bertobat serta tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Dapatkah kamu membantunya ? Apakah Liu Khuen juga tidak rela melepaskannya ?"

Arwah  : "Anjing penjilat itu selalu mengikuti saya, apa yang saya katakan dia hanya menurut saja "

Pandita  : "Liu Khuen mendengarkan kata-katamu, apakah kamu dapat membujuknya agar dia bisa membantu menyembuhkan kakakmu ?"

Arwah  : "Baik , serahkan saja tubuhnya padaku agar saya dapat beramal memupuk jasa pahala jadi tak usah repot-repot, mudahkan ?"

Pandita  : "Tidak bisa, dalam kehidupan yang sekarang dia adalah Liu Chiu Ling , dalam tubuhnya tidak boleh ada 2 roh "

Arwah  : "Kalian semua apakah murid dari Guru Ci Kung ?"

Hadirin : " Ya !"

Arwah  : "Kalau begitu kekuatan kalian sangat besar bukan ?"

Penceramah  : "Kami semua masih dalam tahap belajar, kami dapat berusaha dengan semaksimal mungkin membantu anda "

Arwah  : "Syarat dari saya mudah saja "

Pandita  : "Apa syarat anda, silahkan katakan. Asal dapat menyembuhkan kakakmu supaya dia dapat beramal "

Arwah  : "Kamu mengatakan bukan hanya di sini yang akan mengetahui peristiwa saya, masih ada daerah lainnya, karena semua daerah telah mengetahui persoalan saya, maka satukanlah kemampuan kalian , lintaskanlah seluruh rakyat Indonesia, setuju ?"

Pandita  : "Permintaanmu ini terlalu besar "

Penceramah  : "Kami juga mengharapkan demikian, tetapi kemampuan kami sangat terbatas apalagi masih tergantung jodoh masing-masing "

Arwah  : "Sebetulnya sangat mudah setiap daerah ada umatnya, mengapa dikatakan tidak mampu ?"

Penceramah : "Sebenarnya kami semua juga mengharapkannya. TUHAN dan Para Suci juga demikian "

Arwah  : "Rumah saya begitu besar dengan 20 orang pembantu saja sudah dapat menyelesaikan semua persoalan. Kalian begitu banyak orang tetapi tidak dapat menyelesaikannya, sungguh memalukan !"

Penceramah  : "Tidak semua umat itu rajin dan mengerti tentang TAO ! "

Arwah  : "Itu urusan kalian "

Pandita  : "Kalangan TAO di Indonesia walaupun dikatakan besar tetapi ........ "

Arwah  : "Baik ! Baik ! Indonesia besar, kalau begitu kampung halaman saya saja di propinsi Guang Zhou kabupaten Gui, kalian berusaha memberitahukan masalah saya lalu lintaskan semua sanak saudara sekampung halaman saya agar semuanya bisa memohon Jalan KeTuhanan, setuju .... kan ?"

Pandita  : "Tetapi sekarang TAO di daratan Tiongkok masih sulit untuk disebarkan "

Arwah  : "Kalian sungguh banyak alasan "

Pandita  : "Ini adalah masalah waktu "

Arwah  : "Ai ... Yah ! Semua itu kedengarannya jelek, hanya tahu makan tidak tahu bekerja , saya mampu bekerja ijinkan saya untuk memohon KeTuhanan saya dapat membantu kalian melintaskan umat "

Pandita  : " Memohonlah kepada Guru Sejati, masalah pelintasan 3 alam saat ini adalah tugas yang berat harus seijin (perintah) dari Guru Sejati. Jika arwah ingin memohon Jalan KeTuhanan bukan kuasa saya "

Arwah  : " Ai ... Yah ! Merepotkan saja "


Penceramah :" Katakan dengan jelas sehingga dapat membantu banyak umat, maka kamu tidak akan pusing lagi "

Arwah  :" Apakah belum cukup jelas ? Saya bertanya adakah pertanyaanmu yang belum ditanyakan ?"

Penceramah :" Sudah cukup jelas, saya hanya ingin bertanya kembali dengan cara apa agar dapat membantu kakakmu "

Arwah  :" Apakah kalian ingin melintas, melintas, dan melintas umat yang banyak ?"

Penceramah :" Kami ingin sekali ! Tapi tak lepas dari bantuanmu "

Pandita  :" Sebab kamu mengharapkan banyak orang termasuk seluruh rakyat di Indonesia, ditambah lagi rakyat di Kabupaten Gui, ini ada sedikit  ............... "

Arwah :" Saya berikan pilihan kepadamu , yang satu Indonesia yang satunya lagi RRT ( daratan Tiongkok ) di Kabupaten Gui , syarat saya hanya dua "

Pandita  :" Indonesia terlalu besar "

Arwah  :" Tempat ini saja ( makassar ) , siapa suruh dia ( Liu Chiu Ling ) memilih Asia Tenggara ini, sejujurnya daerah ini sulit lintaskan umat !"

Pandita  :" Ya ! Kamu telah mengetahuinya bahwa di sini sulit untuk melintaskan umat !"

Arwah  :" Dia ( Liu Chiu Ling ) itu bodoh ! Sudah mengetahui bahwa Asia tenggara ini adalah suatu tempat yang kurang baik masih mau datang juga "

Pandita  :" Ini bukan kuasa dia, dia tidak dapat menentukannya. Jika dia dapat menentukannya pasti dia memilih di Taiwan saja. Ini karena kehidupan lampaunya banyak berbuat dosa sehingga Raja Neraka menghukumnya reinkarnasi di Asia Tenggara ini "

Arwah  :" Siapa suruh dia begitu bodoh. Mengikuti Fang Chuen ke Asia Tenggara dengan harta yang banyak , papa saya sangat kaya raya kamu bukannya tidak tahu . Mengapa Asia Tenggara ? Bagaimana kamu dapat berkembang ? tak punya otak dagang, tidak heran papa tidak sayang kamu. Ai .... Yah .... ! Kalau seandainya saya masih hidup di dunia ini saya pasti akan membantumu."

Pandita  :" Bantulah kakakmu, tali persaudaraan kita masih dalam, sekarangpun masih ada "

Arwah  :" Siapa yang bersaudara dengan kamu ( pandita ) ?"

Penceramah :" Bukan dengan kami tetapi dengan dia, kamu harus membantunya . Sekarang dia juga sudah belajar bervegetarian demikian juga dengan keluarganya, serta mereka akan memupuk jasa pahala untuk dilimpahkan kepadamu. Mereka sekeluarga berhati sangat mulia, termasuk kamu juga bukan ?"

Arwah  :" Bukan ! Dosa saya sangat besar, Ku Fo ( 古佛 Budha Ksitigarbha  ) mengatakan saya bandel , Ku Fo juga mengatakan bahwa saya mempunyai hati yang tidak tahu berbakti kepada kedua orang tua, makanya sampai saat ini saya masih belum bisa terlepas dari lautan penderitaan ini !"

Pandita :" Sekarang bertobatlah dahulu , jika punya kesempatan Ku Fo akan memberi petunjuk, letakkanlah hatimu yang penuh dendam itu, sekarang dengan cara apa agar dapat membantu kakakmu ini. Karena dengan keadaan seperti sekarang ini , kami melihatnya saja sudah cukup menyedihkan"

Arwah  :" Baik ! Baik ! Sangat menjengkelkan, mulailah menawar, berapa ?"

Penceramah  :" Bukan kamu yang menawar ?"

Arwah  :" Harga yang saya tawarkan , kalian tidak sanggup memenuhinya, jika tidak sanggup dengan tawaran saya, maka kalian saja yang menawar, lihat apakah saya dapat menyetujuinya "

Pandita :" Kalau begitu kami mengundang Lao Dian Chuan Shi 點傳師 ( Pandita senior ) yang berbicara denganmu "

Arwah  :" Tidak peduli kamu besar atau kecil yang penting bermanfaat untuk saya "

Pandita senior :" Penduduk Indonesia 200 juta sedangkan yang etnis Tionghoa kurang lebih 3% saja ( keadaan tahun 1996 )

Arwah  :" Aii ... Yah ! Kamu tidak perlu menceritakan tentang penduduk Indonesia kepadaku, saya lebih jelas daripada kamu, baik yang sudah meninggal atau yang belum, saya melihat dengan jelas, tetapi kalian tidak mampu mengerjakannya, apa boleh buat . Tawarlah ! Berdagang harus bisa ambil keputusan jangan bertele-tele, makanya Tao kalian tidak dapat berkembang karena demikian, menatap ke timur kemudian ke barat lalu ke selatan, tidak dapat berkembang, tidak dapat berkembang. Ini adalah didikan dari papa saya, saya telah mengatakannya, tetapi kalian tidak punya keberanian, kalian tidak berani investasi, mengerti ?"

Pandita :" Manusia memang sulit dilintaskan, situasi ekonomi sedang buruk "

Arwah  :" Baiklah ! Saya mengatakan 5000 orang !"

Penceramah  :" 5000 boleh dikurangi berapa digit nol nya ?"

Pandita :" Betul , karena kami disini sudah hampir 10 tahun, tetapi umat kami belum mencapai 5000 orang "

Arwah  :" Apakah anda tahu ? Dalam sehari ayahku memberi saya berapa banyak uang ?"

Pandita :" Tidak tahu "

Arwah  :" Paling sedikit ada tiga digit nol nya, sekarang saya hanya menginginkan beberapa digit nol saja "

Penceramah  :" Tetapi TAO yang Agung tidak dapat dibeli dengan uang "

Pandita  :" 5000 orang sungguh terlalu banyak, kami tidak sanggup ! tolong kurangi sedikit !"

Arwah :" Satu digit nol saja. Sudah ! Sudah ! Saya tidak mau mendengarkannya lagi, OK ? ( sambil menunjukkan 3 jari tangannya ?"


Pandita  :" 30 "

Arwah  :" 30 ?? Sampai kepala pecah-pun tidak dapat, 1 umat melintaskan 300 orang !"

Pandita  :" Kalau begitu bukankah menjadi lebih banyak ?"

Arwah  :" Sudah saya katakan kalian tidak mempunyai otak dagang !"

Pandita  :" Investasi-pun bukan begini caranya !"

Arwah  :" Aii ... Yah ! Sangat cerewet ! Di sini ada berapa orang ?"

Penceramah :" Kurang lebih ada 70 orang "

Arwah  :" Harga pas ! 1 keluarga 300 orang !"

Pandita  :" Pandanglah kemampuan mereka, yang sekarang hadir di vihara ini seorang melintaskan beberapa orang untukmu, bagaimana ?"

Arwah  :" Yang hadir di sini seorang paling banyak pernah melintaskan berapa orang ?"

Pandita  :" Bahkan ada umat yang tidak pernah melintaskan 1 orang pun !"

Arwah :" Tak heran mata Guru kalian itu telah bengkak, bajuNya pun sudah usang. Miskin ! Miskin ! modal pun tak punya, bagaimana sanggup menjalankan bisnis pelintasan 3 alam ini ? Tidak bisa ! Sampaikan saja kepada Guru kalian."

Pandita  :" Memang pelintasan 3 alam ini sangat sulit. Kalau semudah itu maka dari awal umat manusia sudah terlintaskan semua ."

Arwah  :" Baiklah, kalau begitu untuk saya 300 orang, untuk Liu Khuen 300 orang. Jadi totalnya 600 orang !"

Pandita  :" Lihatlah kemampuan mereka ."

Arwah  :" Saya beritahukan kepada kalian, sebenarnya tentang pancaran putih ini sedikit banyak saya juga tahu. Waktu itu Maha Sesepuh kalian telah melintaskan banyak umat, jika amalNya dapat dilimpahkan kepada saya, maka saya sudah bisa naik ke Nirwana ."

Pandita  :" Ya betul ! Maha Sesepuh kami mempunyai Budi Kebajikan yang sangat besar ."

Arwah  :" Dia juga manusia, kalian juga manusia, mengapa kalian tidak bisa ?"

Pandita  :" Maha Sesepuh mempunyai Budi Kebajikan yang Luhur, kami sebagai murid belum sanggup ."

Arwah  :" Baiklah ! Baik ! Harga pas 300 orang ."

Pandita  :" Bukankah masih harga yang sama ?"

Arwah  :" Seluruh umat 300 orang , bukan 1 keluarga 300 orang ."

Pandita :" Kami jika ingin melintaskan 300 orang juga memerlukan jangka waktu kurang lebih setahun. Kurangilah sedikit lagi, bagaimana jika diganti dengan mencetak Buku Suci ?"

Arwah :" Kalian beritahu saya , dapatkah kalian melintaskan 300 orang, bapak-bapak sekalian, bisa tidak ?"

( Saat ini arwah kembali marah dan emosi, ingin menerjang ke arah Liu Chiu Ling )


Arwah  :" Kalian tidak dapat menyanggupi syarat saya lagi "

Pandita  :" Mencetak buku suci lebih cepat, bagaimana kalau dikurangi sedikit lagi ?'

Arwah  :" Sebenarnya kalian tidak punya dana, mau cetak berapa ? 10 jilid, 20 jilid, 30 jilid atau 100 jilid, 15 juta jilid. Ai ... Yah .... menjengkelkan ."

( Pandita berunding dengan umat ) 

Arwah  :" 200 orang, bagaimana ?"

Pandita  :" Kita melintas 200 orang, bisakah ? ( bertanya kepada umat )

Arwah  :" Jangka waktu 2 bulan "

Pandita  :" Berikanlah kelonggaran waktu, kami akan berusaha dengan sepenuh hati ."

Arwah  :" Apakah 30 tahun ?"

Pandita  :" Tidak akan begitu lama "

Arwah  :" 150 orang saja, jika bukan karena dulu dia menyayangiku, saya tidak akan menghiraukannya ."

Pandita  :" 150 orang kami menyanggupinya , tetapi harus juga dengan dukunganmu. Apakah juga termasuk dengan pelintasan pada beberapa waktu yang lalu ?"

Arwah  :" Tidak termasuk !"

Pandita  :" Bukankah Zhao Jiang Shi ( Penceramah Zhao ) pernah kontak batin dengan kamu ? Telah mengadakan pelintasan selama sebulan dan amalnya dilimpahkan kepadamu, apakah kamu masih meminta 150 orang ?"

Arwah  :" 120 orang. Yang lalu telah terlintaskan totalnya berapa orang saya sudah lupa ."

Pandita  :" Kurang lebih sekitar 30 orang !"

Arwah  :" Baiklah ! Genapkan saja 120 orang dan waktunya 3 bulan, sanggupkah ?"

Pandita  :" Baiklah ! Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Harus juga melihat jodoh dari kalian semua. Karena yang melintaskan orang ( yang mengajak umat Qiu Tao ) hanya orang-orang itu saja. Apalagi orang di Asia Tenggara ini sangat sulit untuk dilintaskan. Kami sangat berharap dapat menyelesaikan masalah ini , dan kamu juga harus bisa membantu kakakmu dan juga membantu kalangan Tao di sini ."

Arwah  :" Jika waktunya tiba yang saya terima harus cukup. Apakah kalian sanggup memberikan kepadaku ?"

Pandita  :" Dalam 3 bulan apakah kita semua sanggup melintaskan 120 orang ?" ( bertanya kepada hadirin )

Hadirin  :" Bisa diberikan jangka waktu 4 bulan ?"

Arwah  :" Baiklah ! Mau berdagang, jadi manusia harus berlapang dada sedikit. Saya berikan waktu 5 bulan, bisakan ?"

Hadirin  :" Terima kasih ."

Arwah  :" Buku Suci 500.000 jilid !"

Pandita  :" 100.000 jilid terlalu banyak ."

Arwah  :" Kamu telah mengurangi angka 5 nya !"

Pandita  :" Kita di Thailand, malaysia .............. "

Arwah  :" Wei ! Saya sampaikan terlebih dahulu, jaman sudah berbeda !"

Pandita  :" Kami tahu sekarang situasi sudah sangat genting ."

Penceramah  :" Sejujurnya orang di sini jarang sekali membaca Buku Suci, tidak seperti di Taiwan dan Singapore. Kami telah berulang kali sampaikan, mereka sangat senang mencetak buku suci tetapi tidak ada yang suka membaca buku suci. Begitu banyak buku suci yang terpajang pada rak buku tetapi tidak ada seorangpun yang mengambil dan membacanya ."

Arwah  :" Ini adalah masalah mereka, bukan masalahku ."

Penceramah  :" Cetak sebanyak itu , jika tidak ada yang membaca juga tak ada gunanya ."

Arwah  :" Anggapan kalian itu bahwa memberi sedikit uang itu sudah beramal. Kalau begitu lebih baik anda mencetak buku untuk kepentingan bisnis saja tidak usah mencetak buku suci ."

Penceramah  :" Betul ! Kami juga sudah berusaha mendorong mereka untuk lebih banyak membaca buku suci, Lihatlah buku-buku suci yang kami cetak dan didatangkan dari Surabaya sudah berbulan-bulan kami pajang di lemari buku, tapi tidak ada seorangpun yang membacanya ."

Arwah  :" 5.000 jilid, bagaimana ?"

( Pandita dan Penceramah berunding sejenak )

Arwah  :" Ai ! Tawaran terendah 1.500 jilid, bagaimana ? setuju ?"

Pandita  :" Baik, terima kasih ."

Arwah  :" Saya tahu kalian semua ini tidak suka membaca buku suci. Manusia yang buta huruf, mencetak buku suci tidak dibatasi waktunya ."

Pandita  :" Ini semua adalah bantuan dari para umat. Anda juga mengetahui keadaan ekonomi keluarganya tidak terlalu baik. Kami akan menggunakan bantuan dari para umat untuk membantunya melintaskan orang. Jika menyuruhnya saja itu merupakan hal yang mustahil ."

Arwah  :" Apakah harus menunggu saya menjadi abu ? Saya juga tidak bisa menunggu begitu lama ."

Pandita  :" Beberapa waktu yang lalu kami telah melintaskan begitu banyak umat untukmu ."

Arwah  :" Jika kamu tidak sanggup memenuhi target. Maka saya akan mematahkan lehermu !"

Pandita  :" Anda memerlukan pahala maka anda juga juga harus membantu pelintasan ini. Kalau tidak bagaimana kami dapat membayarmu ."

Arwah  :" Bagaimana , sekarang perjelas, buku sucinya bagaimana ?"

Pandita  :" Mengenai buku suci kami setuju. Tetapi pelintasan umat harus ada kerja sama antara langit dan manusia. Bukan hanya dengan mengandalkan kekuatan manusia bisa terlaksana ."

Arwah  :" Baiklah, perjanjian telah disetujui ."

Pandita  :" Anda harus berjanji. Jika dalam jangka waktu 5 bulan kami tidak dapat memenuhinya maka kami tidak dapat mempertanggung jawabkan kepadamu. Maka dari itu anda harus membantu kami. Hal ini juga tak lepas dari welas asih Para Suci mengubahnya, dan kita bersama-sama melaksanakannya ."

Pandita Senior :" Siapa tahu dalam jangka waktu 5 bulan dapat melebihi target ."

Pandita  :" Ya, asalkan para arwah turut membantu ."

Arwah  :" Diperlukan niat baik dari kalian baru bisa mengubahnya "

Pandita  :" Hal ini kami dapat menyampaikan kepada umat "

Arwah  :" Sering menuntut bantuan dan pengampunan dari kami. Bagaimana bisa ? Perlu kalian ketahui kami ini tidak membina diri ( sambil menangis ) , kami belum dapat 1 Titik Petunjuk ( TAO ) , kami tidak tahu. Kami belum dapat merubah sifat dan tabiat jelek kami. Mengontrol perasaan pun kami belum bisa, bagaimana dapat membantumu ?" (pantasan arwah kadang-kadang bisa mengamuk dan berbicara kasar , karena arwah tidak mampu mengontrol perasaannya )

Pandita  :" Sudahlah ! Asalkan anda mempunyai kesempatan, kemanapun anda pergi, bantulah orang-orang ."

Arwah  :" Setujukah dengan mencetak 1.500 jilid buku suci ?"

Pandita  :" Di setiap kelas pembinaan rohani , kami akan menceritakan riwayat anda dan kami akan menyusunnya menjadi sebuah buku, kemudian kami akan mencetaknya ."

Arwah  :" Tentang buku suci ini saya tahu orang Asia Tenggara malas membaca buku suci, mereka juga tidak mengerti apa yang tertulis. Jadi untuk buku suci ini saya tidak memberikan batas waktu. Tetapi ingat, jika sudah habis harus segera ditambah, mengerti ?"

Pandita  :" Baiklah ! Kita telah sepakat. Semoga anda dapat menyembuhkan penyakit kakakmu ini ."

Arwah  :" Orang tua dia dari kehidupan sekarang dimana ?"

( Pandita mengundang papa mama dari Liu Chiu Ling ke depan ) 



Welas asih dari arwah mengatakan :
" Saya sampaikan kepadamu, putri kalian untuk sementara saya lepaskan, tetapi hutang karma yang lainnya dari masa ke masa telah menumpuk, itu diluar kemampuan saya. Saya tidak dapat mengatasinya. Saya mendapat perintah dari Guru Sejati ( Budha Hidup Ci Kung ) tetapi saya tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi murid Beliau, saya juga harus mendengarkanNYa , tidak tahu Beliau menggunakan kekuatan apa, saya yang bukan sebagai muridNya tetapi harus mendengarkanNya. Betul-betul tidak dapat saya mengerti. Hal ini saya telah mengetahuinya, bukan bahwa saya mempermainkannya, walaupun kadangkala saya sangat benci dan jengkel. Tetapi jika saya renungkan kembali saat kematian saya, dia menangis tersedu-sedu, saya juga merasa tidak tega. Baik-baiklah kalian berusaha , jika ingin ke timur tetaplah ke timur, jangan sudah ke timur lalu ke barat lagi, saya beritahukan kepadamu ini tidak akan berhasil. Ini adalah didikan serta tujuan dari ayah saya. Beliau telah mewariskan kepada saya. Berdagang apa saja yang penting harus ada awal dan akhir, dengan cara demikian barulah bisa berhasil. Jangan gonta-ganti usaha, kalau gonta-ganti usaha bisa-bisa anda sekeluarga akan makan tanah saja, jangan berharap dapat makan nasi, mengerti ? Hari ini saya tidak peduli anda sebagai seorang pembina diri atau sebagai seorang manusia awam, semuanya saja harus memiliki pendirian, jika tidak anda tinggal tunggu makan tanah saja."

Pandita  :" Dia (arwah) mengetahui keadaan ekonomi keluarga anda kurang baik dan dalam melakukan suatu usaha selalu tidak punya prinsip."

Arwah :" Penyakit putri anda sebenarnya bisa sembuh ."

Ibu Liu Chiu Ling  :" Terima kasih "

Arwah  :" Jangan berterima kasih kepadaku. Saya tak punya kebajikan dan saya masih harus bereinkarnasi."

Ayah Liu Chiu Ling  :" Maafkan kami "

Arwah :" Jangan katakan maaf, bukan anda yang salah "

Pandita  :" Bukan kesalahan kalian, melainkan kehidupan masa lampau putrimu, dialah yang bersalah ."

Arwah  :" Pada kehidupan lalu putri anda ada menanam akar yang baik, mengerti bagaimana menjadi orang baik. Dia hanya cemburu kepada suaminya yang mempunyai banyak wanita simpanan di luar, barulah dia sampai berbuat demikian. Sebenarnya hati kalian sebagai orang tua saya juga mengerti, karena saya juga mempunyai anak hanya saja terbunuh bersama kami, di dalam kandungan belum sampai 3 bulan. Fang Chuen kurang ajar, Fang Chuen orang jahat, Anda telah mengetahui bagaimana melaksanakannya. Putri anda sembuh atau tidak tergantung dari kalian. Saya beritahukan, sering-seringlah mengajak dia ke vihara menghadap pelita suci, yang saya jengkel itu."

Penceramah  :" Itu adalah Pelita Suci Ibunda Suci , mengapa anda berkata demikian ?"

Arwah :" Tentulah ! Saya beritahukan kepada kalian, dosa kalian ada Guru kalian yang bantu pikul , sedangkan saya tidak ."

Penceramah  :" Sekarang kamu bisa mengikat jodoh yang baik dengan Budha Ci Kung. Kamu dengarkan nasehatNya. Lain kesempatan, lain waktu anda juga punya kesempatan, ini adalah perkataan Guru Sejati."

Arwah  :" Kalian yang sebagai muridNya saja begitu cerewet, apalagi Budha Ci Kung sebagai atasan saya, saya pasti akan mendengar ceramah tentang kebenaran seharian penuh ."

Penceramah  :" Kalau begitu baik sekali. Selamat untukmu ."

Arwah  :" Baiklah ! Baiklah ! Sekedar untuk kalian ketahui saja ."

Pandita dan Penceramah :" Terima kasih ."

Arwah  :" Jangan berterima kasih kepada saya. Saya tidak punya budi kebajikan ."

( Arwah berjalan mendekati kakaknya-Liu Chiu Ling )

Arwah  :" Kakak, keadaannya sekarang sangat menyedihkan tak tahu mana yang benar dan mana yang salah ( sambil menangis ) kalian harus membantu saya untuk menjaganya ."

Pandita  :" Kami bisa membantunya. Dia sering kembali ke vihara belajar bahasa mandarin dan mengikuti kelas-kelas Dharma ."

Arwah :" ( sambil menangis tersedu-sedu ) Betulkah begitu ?"

Pandita  :" Betul. Kakaknya pada kehidupan ini juga ada hadir di sini. Kami semua menyayanginya. Jika kami tidak menyayanginya maka hari ini kami tidak akan membantu menyelesaikan masalah ini ."

Arwah  :" Jika dia telah sembuh, walau dia telah sembuh itu tidak menandakan bahwa dia akan membina diri dan menyebarluaskan Tao ini dengan mudah. Kalau dia telah sembuh sampaikan kepadanya Fang Chuen yang jahat itu sekarang masih di neraka, janganlah merindukannya lagi, bodoh , dosa ."


Pandita :" Kami bisa membantunya membina diri, dia telah melupakan masa lalunya, nanti setelah dia sembuh kami akan memberitahukan kepadanya bahwa di kehidupan yang lalunya dia mempunyai seorang adik perempuan ."

Arwah  :" Baiklah ! Jangan dikatakan lagi, setelah dia sembuh jangan diberitahukan kepadanya. Jangan beri beban ini kepadanya sebab mempunyai seorang adik sebagai arwah bukanlah hal yang baik ."

Pandita  :" Tak apalah, dia bisa membantu kamu beramal, nanti jasanya dilimpahkan kepadamu agar kamu punya kesempatan bereinkarnasi. Walaupun saat ini jodohmu belum tiba , semoga 4560 tahun akan datang ( menurut perhitungan kalender Tiongkok kuno ) , kamu akan ketemu waktu dan jodoh yang tepat ."

Arwah  :" (sambil menangis) sebenarnya saya ingin sekali menjadi murid Budha Ci Kung ."

Penceramah  :" Bukankah tadi kami telah sampaikan ."

Arwah  :" Baik ! Sekarang saya mempunyai ini ( arwah menunjuk nunjuk badan San Chai - Tri Duta ) biarkan saya memohon Tao ."

Pandita  :" Tidak bisa ! Ini adalah tubuh dari San Chai , memohonlah kepada Guru Sejati ."

Penceramah  :" Anda juga termasuk arwah yang baik, di neraka Ti Cang Ku Fo 地藏古佛 ( Budha Ksitigarbha ) pasti mengajarkanmu bagaimana mengatasi hati yang penuh dendam itu."


Arwah  :" Saya tidak paham maksud Beliau, apa yang Beliau katakan {Setangkai Liu Chi selanjutnya bisa di lepaskan} , saya sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud ."

Pandita  :" Setangkai Liu Chi itu maksudnya carilah jati dirimu, tetapi untuk mendapatkan kembali jati dirimu pertama-tama kamu harus bisa meletakkan hatimu. Hati yang penuh dendam itu, hati yang lampau itu. Lepaskanlah semuanya lalu membantu penyebaran Tao. Siapa tahu suatu hari jodoh anda betul-betul telah tiba maka Sang Budha akan datang melintaskan kamu ."

Arwah  :" Sungguh bisakah ?"

Penceramah  :" Sungguh ! Pada saat berceramah kami sering juga menyampaikan bahwa benci, dendam dan kedunguan batin adalah racun, ini semuanya juga harus diletakkan dan dilepaskan ."

Arwah :" Saya akan berusaha mendengarkannya. Berikan saya sedikit waktu , saya ingin berbicara dengan kakak saya. Saya masih punya sedikit sisa waktu ."

Pandita  :" Baik, mendekatlah sedikit tetapi jangan sakiti dia ."

Arwah  :" Tidak akan lagi, daripada nanti saya kembali masih harus menerima hukuman ."

Pandita  :" Silahkan berbicara, kakakmu ada di depanmu, walaupun saat ini dai tidak lagi mengenalmu ."

( si arwah berhadapan dengan kakaknya, kemudian berkata )

Arwah :" Apakah kamu baik-baik saja ? Bagaikan orang idiot. Saya tahu kehidupanmu sekarang ini kurang begitu baik, seperti kehidupan masa lampaumu. Tidak punya prinsip karena adanya sesuatu yang mengganggumu bukan ? Saya sampaikan kepadamu sekarang saya baik hati menyatakan bahwa saya tidak menyalahkan kamu lagi , saya ini ? Saya tidak mau menyia-nyiakan tenaga lagi, saya tahu bahwa saya tidak punya kesempatan lagi untuk memohon KeTuhanan ini ( qiu Tao ) , lagi pula si tua bangka ini tidak mungkin memberi saya kesempatan untuk memohon KeTuhanan. Semua ini tergantung dari pengalaman kita. Baik-baiklah membina diri, bila ada kesempatan kita bersama-sama melintaskan kedua orang tua papa dan mama. Papa mama sekarang ada dimana saya juga tidak tahu, bagaimana mereka meninggal saya juga tidak tahu. Jangan lupakan masa lalumu, ingatlah saya ini sangat cantik, pintar lagi. Setuju ? Aah.... buat apa berbicara kepadanya. Aii ! Baiklah, saya tidak punya waktu lagi."

Pandita  :" Apa yang ingin anda sampaikan lagi ?"

Arwah  :" Apa boleh buat . Ada pesan dari Ku Fo ( Budha Ksitigarbha ) , sekarang ini keadaan Indonesia kurang tenang, kalian pulang ke rumah jangan langsung tidur nyenyak. Kelihatannya aman-aman saja di dalam tanah ada cacing yang lagi merusak tanah , anda tidak tahu. Bukan hanya di Indonesia saja, 4 Raja Iblis semuanya telah datang ke dunia. Baik itu iblis air atau iblis api semuanya telah datang. Khususnya di Indonesia apa yang akan terjadi saya belum tahu, ini rahasia TUHAN. Ku Fo tidak membiarkan saya untuk mengetahui lebih banyak lagi, yang saya ketahui sekarang ini 4 Raja Iblis telah mengepung Indonesia, mereka adalah Raja Iblis Air, Api, Petir dan Angin. Waspadalah kalian . Daerah lainnya saya kurang jelas. Tanyakan saja kepada Guru kalian karena kesaktianNya begitu tinggi tetapi mati-matian tidak menerima saya sebagai muridNya. Seperti saya sangat mengharapkannya. Membina diri tergantung kalian semua, paling baik kalau kalian tidak membina diri, temani saya. Saya merasa sangat bosan tidak punya kawan. Kami sekelompok setan yatim piatu yang telah ditakdirkan tak punya kesempatan reinkarnasi lagi, betulkan ?"

Pandita :" Ada ! Masih ada kesempatan asalkan kalian membantu menyebarluaskan TAO, lepaskan perasaan dendam itu maka masih ada kesempatan ."

Arwah  :" Saya khawatir tidak ada kesempatan lagi ."

Penceramah  :" Tidak peduli waktunya tepat atau tidak. Terutama sekarang ini kamu harus melepaskan dendammu."

Arwah  :" Saya tahu saya tak punya kesempatan lagi, tetapi saya tak tega melihat kalian bersama-sama saya terjerumus ke neraka. Dinginya angin dan air yang bagaikan es bukan barang mainan. Hari tanpa sinar matahari tak enak dilewati. Jika ada waktu Para Dewa datang menjengguk kami, itu sudah termasuk mengasihani kami. Jika Mereka tak punya kesempatan karena sibuk pergi menolong kalian, kami semua hanya bisa mendapatkan 0,000000 % (persen) sinar saja, tidak enak melewatinya. Papa pernah mengajar saya harus tabah jangan menangis , Oleh karena itu saya harapkan kalian semua baik-baiklah melewati kehidupan kalian. Jangan menganggap peristiwa ini adalah suatu pertunjukan maka saya akang mencungkil bola mata kalian, hati-hatilah kalian ! Kakak. walaupun marga kita telah berbeda tetapi saya masih mengakui kamu. Ini adalah didikan dari papa, saya salah karena kekhilafan sesaat terkena siasat jahat dari Fang Chuen. Saya telah sadari tak mungkin lagi saya bisa lepas dari penderitaan ini. Saya sudah pasrah, telah lama saya berharap, maka itu saya harapkan kalian baik-baiklah. Bagaimana kalian meninggal atau hidup bukan urusan saya , masih ada yang lebih penting yang akan saya sampaikan kepada kalian, karma yang ada di sisi kalian saya tidak sanggup mengatasinya karena masih ada Raja Iblis yang membantu mereka. Kekuatan Raja Iblis sungguh besar kami tak berani melawannya. hanya menurutinya, begitu kami tidak menurut mampuslah kami. Ku Fo ada bersabda tentang apa itu TAO, apa itu iblis tetapi saya tidak mengerti apa yang dimaksud. TAO hilang bangkitlah Iblis. saya tidak mengerti apa yang dimaksud, saya hanya tahu bahwa Beliau ingin saya sampaikan kepada kalian."

( Saat ini Liu Chiu Ling berteriak-teriak lagi )


Arwah  :" Jangan ribut ! Menjengkelkan ! Saya tidak tahu jalan kedatangan saya dari mana ? apakah anda dapat menunjukkan jalannya kepada saya ?"

( Saat ini si arwah menutupi mukanya dengan kedua tangannya, kepalanya menyentuh lantai berlutut menghadap altar dan memohon. Para umat khawatir dia melukai badan dari San Chai maka dia diberikan sebuah pai tien ( jok sembahyang ) 

Arwah  :" Ini bukan untuk saya, saya tak boleh menggunakannya."

Penceramah :" Jangan melukai badan San Chai ."

Arwah  :" Dia tidak akan mati ."

Penceramah  :" Baik......anda bertobatlah kepada Yang Maha Kuasa ."

Arwah  :" (sambil menangis) Mohon tunjukkan jalannya saya. Saya tak punya waktu lagi. Hanya anda sekalian yang dapat menunjukkan jalannya, bagaimana ?"

Pandita senior :" Melintaskan umat dan mencetak buku-buku suci segera kami umumkan. Kami akan segera laksanakan. Tenanglah ! Kami tidak akan membohongi kamu ."

Arwah  :" Saya tak mau pulang lagi, tetapi waktu telah habis ( hu ... hu .... menangis )"

Pandita senior  :" Jangan sedih, kami pasti membantumu ."

Arwah  :" Baik-baiklah lakukan jika bisa diselesaikan . Jalankanlah dengan sebaik-baiknya agar saya bisa tertolong, paling tidak saya dapat reinkarnasi sebagai manusia, ai .... yah ..... ! Waktu telah habis, jalankanlah dengan sebaik mungkin."

( arwah telah pergi. Malikat Kecil Han 韩小仙童 ( Han Xiao Xian Tong ) meminjam raga dari San Chai lainnya hadir dan bersabda )




Malaikat kecil Han :" Bagaimana hati kalian , sudah tenang ? Apakah masih ketakutan ? Bukan hanya dia yang mempunyai karma. Setiap umat punya karma dan karma yang datang untuk menagih hutang bukan hanya satu saja. Sebenarnya saya tidak ingin datang. Hanya karena diutus oleh Guru Sejati. Kalian apakah punya hati untuk membina diri ?"

Hadirin :" Punya ."

Malaikat kecil Han :" Semuanya adalah pembohong ! Punya keinginan untuk membina diri tidak ?"

Hadirin :" Punya ."

Malaikat kecil Han :" Suaranya kecil sekali. Bagaimana cara anda membimbing ?" ( bertanya kepada Pandita )


Pandita  :" Apakah kalian semua mengenal siapa Beliau ? Beliau adalah anak dari Maha Sesepuh Han . Malaikat kecil Han Kelas Penataran Dharma tahun lalu pernah datang ."


Malikat kecil Han :" Tidak tahu harus mengatakan atau tidak. Guru Sejati melarang Saya untuk mengatakan. Tetapi Saya tidak tega, bila saya mengatakan, Saya khawatir akan menangis lagi. Tak tahu bagaimana cara untuk mengatakannya ."



Pandita :" Welas asih Malaikat kecil, sampaikan saja kepada mereka ."

Malaikat kecil Han :" Guru kalian telah menanggung begitu banyak dosa , apakah kalian tahu ? Seorang murid, sebuah dosa ! Saya tak tahu bagaimana menyampaikannya. Sebenarnya saya tidak ingin datang tetapi Yang Maha Kuasa mengutus Saya datang. Datang untuk menengok kalian murid-murid yang keras kepala. Guru Sejati menanggung dosa kalian semua sehingga punggungnya bengkok dan pinggangNya pun telah bengkok, apakah kalian tahu ? Di Gunung Phin Shan setiap hari meneteskan air mata. Nangis, nangis, sehingga air mataNya pun telah membasahi mukaNya sampai-sampai telah meneteskan air mata darah, apakah kalian mengetahuinya ? Masih menganggap setiap kali Guru Sejati datang keadaan sangat baik, selalu dengan senyum menyapa anda sekalian. Seberapa banyak yang kalian ketahui. Kamu juga begitu ( menunjuk pandita ) setiap kali Guru Sejati datang kamu selalu memohon welas asih Guru, welas asih Guru. Tetapi tidak tahu welas asih pada diri sendiri masih mohon welas asih orang lain. Demi melaksanakan peristiwa ini Guru anda telah berlutut di depan Yang Maha Kuasa selama 3 hari 3 malam, anda sekalian belum tahu masih menganggap semua ini adalah sebuah tontonan dan keramaian. Sampai Saya tak ingin datang, hati saya tidak tenang, jangan biarkan Guru sedih lagi, setiap kali datang selalu saja memohon welas asih Guru. Kalian semua hanya menyayangi diri kalian sendiri. Baik-baiklah membina diri, apakah itu tidak baik ? Setiap kali keras kepala, jika ada masalah selalu saja memohon kepada Guru Sejati, tidak ada masalah Guru dilupakan. Kalian semua bukan lagi umat baru, semuanya adalah umat lama, masih tidak tahu aturan ! Apakah kalian tidak tahu aturan ? Benarkah ?"

Hadirin :" Tidak "

Malaikat kecil Han :" Apakah kalian mengerti bagaimana cara membina diri. Membina diri bukan hanya duduk-duduk di rumah. Bagaimana caranya membina diri ! Perbaiki diri kita, semuanya adalah manusia egois, betulkah semuanya adalah manusia egois ? semuanya hanya demi untuk diri sendiri agar terlepas dari lautan penderitaan. Mulut mengatakan membina diri. Membina apa ? Sama sekali tidak mengerti. Tao dalam diri kalian sama sekali tidak berkembang. Menyaksikan Guru kalian setiap hari menangis saya juga turut sedih. Tahukah kalian sudah berapa banyak air mata yang diteteskan oleh Guru kalian ? Masih saja selalu memohon welas asih Guru. Sedangkan diri sendiri tidak berbuat baik. Saya sampaikan kepad kalian sayangilah air dan makanan kalian, kelak jika tak dapat makanan jangan menyalahkan TUHAN, jangan mengeluh, berhematlah kalian. Jangan menganggap masih banyak waktu, waktu semakin genting saja. Sekali membuka Kelas Penataran Dharma maka berkurang sekali pula kesempatan untuk membuka Kelas Penataran Dharma. Guru Sejati memberi pesan kepasa saya untuk memberi kalian buah keselamatan."

( Malaikat kecil memberi buah kepada ibu dan bapak Liu Chiu Ling )  

Malaikat kecil Han :" Kedatangan saya tidak lama, Saya hanya ingin memberitahukan kepada kalian kalau kalian tidak membina diri, kalian sendiri yang akan menyesal, mengerti ? Hari ini saya datang bukan untuk menghibur kalian, bukan juga untuk bersenang-senang, kalian tidak boleh lagi menyakiti Guru. Jika Beliau masih saja bersedih, setiap hari masih menangis, saya tidak akan mengampuni kalian, kalau karma datang untuk menagih hutang Guru Sejati pun tak mampu membantumu. Pertama kali mengadakan pertemuan 3 alam ini tidaklah mudah, lutut Beliau sudah bengkok karena berlutut. Saya tidak tahu bagaimana cara mengatakannya , dharma sering didengar , hanya saja tidak pernah dilaksanakan. Kalian sendiri ingin membina diri membinalah sendiri, jangan selalu memohon welas asih Guru. Sebenarnya Guru kalian sangat welas asih, hanya kalian yang tidak tahu welas asih, betulkan ?"

Hadirin :" Betul "

Malaikat kecil Han :" Sendiri tidak welas asih , bagaimana orang lain bisa welas asih kepadamu, cintailah diri anda sendiri, yang belum bervegetarian lekaslah bervegetarian. Daging tidak enak dimakan, enakkah memakan daging saudara sendiri ? Apakah berbuat dosa itu baik ? Nanti pada saat bencana tiba barulah memohon lagi, mohon welas asih Guru, mohon welas asih Guru."

Penceramah  :" Yang belum bervegetarian lekaslah belajar vegetarian "

Malaikat kecil Han :" Kalian jangan anggap bahwa duduk di sini sangat aman, di luar sekelompok besar karma telah mengelilingi kalian menunggu kalian semua. Saya tidak dapat membantu kalian, hanya dengan diri kalian sendiri membina diri, walaupun Saya ingin membantu juga tidak bisa, karena mereka begitu galak, Saya begitu kecil tidak dapat melawannya. mengerti ? Saya mau pergi, waktu Saya juga terbatas, membina diri atau tidak semua tergantung diri kalian. Menjalankan atau tidak juga tergantung kalian . Ladang TAO ini bisa terbuka juga tidak mudah , selanjutnya apakah harus dikembangkan juga tergantung kalian. Harap hari ini kalian datang bukan dengan tujuan ingin menonton keramaian. Setiap orang pasti memiliki karma, bukan hanya diri sendiri, masing-masing orang ada 5 atau 6 karma yang mengikuti, sebagian ada yang lebih dari 10 karma, ada kesempatan saat ini baik-baiklah pergunakan untuk membina diri, jangan salahkan TUHAN bahwa tidak melindungi kalian. Dalam kehidupan sekarang membina diri, dalam kehidupan sekarang juga mencapai kesempurnaan , bukankah itu sangat baik ? Setiap hari hanya tahu mengeluh tidak tahu membina diri. Menyaksikan kalian tidak tahu gembira atau sedih, setelah memohon KeTuhanan mula-mula rajin, perlahan-lahan mundur. Bagaimana membina diri, bagaimana mempertahankannya. Beritahukan kepada Saya bagaimana cara bertahan ? Sebenarnya Saya tidak ingin galak tetapi menyaksikan kalian maju tidak mundur tidak, sangat menyakitkan hati Saya, barulah Saya memarahi kalian. Saya kira kalian tidak akan mempermasalahkannya bukan ?"

Hadirin :" Ya, terima kasih atas nasehat Shi Xiong 师兄 ( saudara seperguruan ) "

Malaikat kecil Han :" Baik, Saya sudah mau pergi, baik-baiklah memanfaatkan waktu, hanya diri anda yang dapat menolong diri sendiri, jangan menyia-nyiakan waktu, waktu yang telah berlalu tidak akan kembali. Kalian semua sudah tahu masih saja berhenti tidak mau maju. Kalian semua sudah lebih dewasa dari Saya tetapi masih juga bandel, kadang kala masih marah-marah, membina diri apakah masih memerlukan sifat dan tabiat buruk ? Baiklah ! Saya pergi, naik atau turun pembinaan kalian tergantung diri kalian sendiri !"















No comments:

Post a Comment