Saturday 16 January 2016

Pembalasan Karma Chen Tek Ching Yang Merintangi Jalan KeTuhanan dan Menghina Budha

I . Awal mulanya


Pada tanggal 11 Agustus 1996 pagi hari tepatnya ketika sedang berlangsung kelas bahasa mandarin, Xu Jiang Shi ( Penceramah Xu ) mendengar adanya suara tangisan , setelah berusaha mencari ke seluruh tempat tetapi tidak menemukan asal suara tangisan tersebut, sore hari saat tengah berlangsung kelas Xin Min Ban 新民班( Kelas Pembaruan ) , Hou Xue 後学 ( hamba "saya" yang baru belajar ) juga dengan sangat jelas mendengar 2 kali suara tangisan lelaki, merasa heran, ketika sedang mencari tahu, Chang Jiang Shi ( Penceramah Chang ) juga keluar dari kamar dan bertanya :" Apakah Jing Li 经理 ( sebutan untuk Pandita 點傳師 ) ada mendengar suara tangisan ?"

Kemudian kami bersama-sama naik ke lantai 3 dan mendapati bahwa dari beberapa murid peserta kelas juga telah mendengar suara tangisan tersebut.

Dalam hati Hou Xue ( Saya ) sudah mengetahui akan terjadi sesuatu yang lain dari biasanya dan memberitahukan kepada para Jiang Shi ( 講師 penceramah ) untuk lebih meningkatkan kewaspadaan pada Penataran Dharma 1 hari ( Kelas Fa Hui 法會 ) pada tanggal 8 September 1996 karena mungkin akan ada arwah yang akan hadir di Vihara, suasana menyelimuti seluruh ruangan bagaikan angin yang bertiup saat hujan akan turun
.

II. Terjerumus dalam jalur alam hewan dan sulit untuk mendapatkan raga manusia akibat menentang Jalan KeTuhanan ( Tao ) dan menghina Budha 

Di Kota Ujung Pandang - Indonesia pada tanggal 8 September telah diadakan 1 hari Kelas Pengulangan 复习班 ( fu xi ban ) , sore hari ketika Hou Xue sedang membawakan Topik Ceramah tentang " Bagaimana memahami jerih payah dari Para Sesepuh kita dalam membina diri serta menjalankan KeTuhanan ( Tao ) " , entah bagaimana sejak awal sampai akhir topik ceramah , Hou Xue merasa sangat kelelahan bahkan badan terasa seperti sakit, dengan bersusah payah akhirnya Hou Xue dapat menyelesaikan topik ceramah, ketika jam istirahat, Guru Sejati 師 ( Budha Hidup Ci Kung ) hadir di lantai 2 dan berkata kepada Hou Xue.

Guru Sejati : "Tahukan kamu mengapa Guru datang terlambat ?"

Pandita : "Tidak tahu, mohon welas asih dari Guru".

Guru Sejati : "Apakah kamu mau melaksanakannya ?"

Pandita : "Ingin melaksanakan ".

Guru Sejati : " Tahukah kamu Guru datang ingin menyuruh kamu mengerjakan apa ?"



Pandita  segera berlutut dan berkata

Pandita : " Murid tidak tahu, mohon welas asih Guru memberikan petunjuk ".

Guru Sejati : "Maukah kamu menyelesaikan hutang piutang karma di vihara ?"

Pandita : " Murid mohon dengan hormat, kiranya Guru berwelas asih dapat memberikan keputusan ".

Setelah Guru Sejati berwelas asih mengatakan baiklah dan segera naik ke vihara di lantai 3, welas asih Guru memberikan petunjuk nasehat berupa wejangan-wejangan suci kira-kira 1 jam, kemudian tiba-tiba bertanya kepada Hou Xue 

Guru Sejati : " Saat ini adalah waktu apa ?"

Pandita : " Waktu You 酉 ( yaitu waktu sore menjelang malam hari antara jam 17:00 - 19:00 ) 

Guru Sejati : "Jangan menunda waktu lagi, apabila waktu You telah lewat maka arwah harus segera pergi untuk reinkarnasi. Oleh karena itu Guru menyerahkan kepadamu untuk dilaksanakan, tidak boleh menuda waktu lagi , Guru tidak akan hadir lagi ".

Hamba yang sedang belajar ( Hou Xue 後学 ) Sheng Ming dengan hormat menyampaikan 
Vihara Dharma Kasih ( San Ching Fo Thang ) 
Ujung Pandang - Indonesia 11 Agustus 1996


================================================


Terima kasih atas Karunia Tuhan YME dan Budi Luhur Guru Sejati, Maha Sesepuh Han ( 白水聖帝 Bai Shui Shen Di ) , juga Sesepuh Cek Tek Ta Ti dan bimbingan dari para pandita ( 點傳師 ), tuntunan dari para pengajak dan penanggung 引保師, sehingga dapat membina diri dan menjalankan KeTuhanan dalam kalangan TAO 


Hari ini sangat beruntung dapat mengikuti pandita datang ke Indonesia yaitu di kota Ujung Pandang untuk mengabdi dan menjalankan tugas KeTuhanan . Pada saat berlangsung Kelas Pertemuan Dharma 1 hari ( Fa Hui 法會 ) welas asih dari Budha Hidup Ci Kung membawa arwah dari jalur neraka setan kelaparan hadir di vihara untuk memberikan kesaksian. Dapat dengan mata kepala sendiri melihat dan menyaksikan bagaimana keadaan arwah itu menceritakan sebab-akibat dari pembalasan hukum karma.

Pada saat itu selain rintihan dan tangisan yang sangat memilukan dari arwah tersebut, juga disertai rasa penyesalan dan bertobat, sehingga tidak dapat membendung air mata para hadirin. Rasa iba yang timbul disebabkan karena melihat akibat dari hukum karma tersebut, selain itu juga dapat merasakan betapa TUHAN penuh welas asih memperingati dan menyadarkan umat manusia.

Dalam Kitab Thai Sang Kang Ing Cing ada tertulis :
" Rejeki dan kemalangan sebenarnya tak berawal, hanya manusia sendirilah yang menciptakannya ". Hanya yang paling dikhawatirkan yaitu bahwa ketidaktahuan dari umat manusia di bumi ini, sehingga membiarkan diri sendiri tenggelam dalam ketidaktahuan tersebut dan membiarkan orang lain juga ikut tenggelam dalam ketidaktahuan.

Oleh karena itu dapat membuat kita semua tahu dan sadar akan betapa susah dan sulit untuk bisa memiliki kembali. Hari ini kita telah memiliki raga ini, yang merupakan anugrah dari TUHAN sehingga dapat ikut menjalankan pelintasan 3 alam, diutusnya Guru Penerang sehingga dapat mendengar Hakekat Kebenaran dan mendapatkan TAO yang Sejati. 

Tentunya kita harus mengetahui bagaimana menghargai dan menyayangi kesempatan, jodoh dan rejeki ini, serta tahu bersyukur, berterima kasih dan menuaikan ikrar demi membalas Rahmat TUHAN YME dan budi jasa Guru.

Apabila tidak tahu menghargai dan mempergunakan setiap jodoh dan kesempatan untuk membina diri dan menjalankan KeTuhanan, bukankah telah menyia-nyiakan Karunia TUHAN dan budi jasa dari Guru, serta ikrar dari hati Para Budha dan Para Suci, juga telah menyia-nyiakan jasa serta budi luhur dari Maha Sesepuh Han dan Sesepuh kita yang telah rela meninggalkan keluarga dan pekerjaan mereka demi umat manusia.

Hamba yang sedang belajar ( Hou Xue ) Xu Yang Tian 
dengan hormat menuliskan 
Vihara Dharma Kasih ( San Ching Fo Thang ) 
Ujung Pandang 16 September 1996

================================================


Hou Xue dengan sangat bersyukur dan berterima kasih atas Karunia TUHAN YME , budi jasa Guru Sejati, Maha Sesepuh Han dan Sesepuh , serta welas asih dari Pandita, sehingga dalam beberapa tahun ini mendapat kesempatan di Indonesia.

Begitu luas dan besarnya Karunia TUHAN YME , betapa tingginya budi jasa Guru Sejati, di bawah perlindungan dari Para Suci dan Para Budha, sehingga pengabdian penyebaran Tao di Indonesia , Kota Ujung Pandang perlahan-lahan telah tumbuh dan berkembang, di bawah welas asih dari Pandita. Kelas Penataran Dharma ( Fa Hui ) satu hari dapat dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1996 . Menjelang akhir pelajaran, sebelumnya Budha Hicup Ci Kung berwelas asih telah hadir di vihara untuk memberitahukan akan adanya arwah setan yang datang memberikan kesaksian, juga berharap agar Pandita lebih berhati-hati dalam menangani masalah tersebut, dikarenakan waktunya sangat terbatas, karena arwah tersebut akan segera bereinkarnasi kembali.

Setelah berwelas asih selama 1 jam Guru pun meninggalkan vihara. Seketika itu juga arwah datang dengan meminjam raga San Chai ( Tri Duta 三才 ) , dengan suara tangis yang sangat memilukan dan membuat semua yang mendengarnya merasa sangat sedih, setiap kata-kata yang diucapkan penuh dengan penyesalan dan bertobat kepada TUHAN . Arwah datang dari Jalur Neraka Setan Kelaparan dimana mendapat hukuman yang begitu menyiksa, derita atas hukuman yang terus menerus tiada hentinya, penderitaan itu sangat menyakitkan . entah sampai kapan baru akan berhenti, benci kepada diri sendiri mengapa dulu menentang Jalan KeTuhanan ( Tao ) dan menghina Para Budha, telah melakukan kesalahan yang begitu besar terhadap TUHAN , mengapa tidak sadar dan menyesal sejak semula.

Sangat berharap apabila waktu dapat berputar kembali, sehingga dapat mulai dari awal kembali. Ketika rasa penyesalan timbul namun sudah sangat terlambat.

Lalai dalam bertindak maka akan menimbulkan penyesalan untuk selama-lamanya. Adanya rasa penyesalan yang timbul , ketika mendengar apa yang dikatakan arwah tersebut :" Entah sampai kapan baru dapat terlepas dari Jalur Hewan, sehingga bisa mendapatkan raga manusia ".

Pada masa akhir Dinasti Qing dan awal kemerdekaan republik , di dataran Tiongkok terjadi kekacauan sehingga membuat keadaan negara kacau balau dan tidak tentram, membuat rakyat merasa tidak memiliki tempat berlindung. 

Dalam keadaan kacau mudah muncul pahlawan-pahlawan , menjadi orang besar yang mulia. Saat jaman dalam situasi yang kacau, membuat orang yang lemah tertindas oleh yang lebih kuat, juga membuat banyak orang mudah tersesat, sehingga terjerumus dalam neraka, dan sulit untuk tumimbal lahir ( reinkarnasi ) terlahir menjadi manusia. 

TUHAN dengan penuh kasih, memakai mereka yang tenggelam karena dosa mereka, untuk memberikan kesaksian agar kita semua yang bodoh dapat sadar, juga berharap pada para roh penagih hutang dalam neraka, agar bisa memiliki suatu kesempatan untuk terlepas dari reinkarnasi ( tumimbal lahir ) .

Betapa beruntungnya kita dalam keadaan di mana terjadi begitu banyak bencana-bencana, pada masa kehidupan ini berkat Rahmat dan Karunia TUHAN yang berlimpah, perlindungan Para Suci, dibawah perhatian orang-orang mulia, kita masih dapat dengan aman membina diri dan menjalankan KeTuhanan.

Hanya dengan hati penuh hormat dan bersyukur, berterima kasih kepada Karunia TUHAN dan Budi luhur jasa Guru Sejati. Dengan sepenuh hati dan seluruh kemampuan menuaikan ikrar demi membalas Rahamt dan Karunia TUHAN YME.

Hamba yang sedang belajar ( Hou Xue ) Cang Siu Ing 
dengan hormat menulis 
Vihara Dharma Kasih ( San Ching Fo Thang ) 
Ujung Pandang  17 September 1996

================================================

8 September 1996 
Imlek tanggal 26 bulan 7

Melintas melintas melintas melintas melintas melintas
Melintaskan seluruh pria dan wanita yang baik di dunia
Adil adil adil adil adil adil
Dengan hati penuh kasih dapat membedakan dengan adil

Hidup hidup hidup hidup hidup
Hidup dalam kehidupan ini untuk mencari kebenaran hidup
Budha Budha Budha Budha Budha Budha
Dengan hati Budha yang penuh kasih tidak membedakan saya atau kamu

Saya adalah Budha Hidup Ci Kung yang menuntun umat manusia. Atas Titah TUHAN membawa arwah hadir di istana ( vihara ) , terlebih dahulu memberi salam hormat kepada TUHAN dan menanyakan keadaan murid-murid, apakah damai sejahtera ?

Kehidupan manusia di dunia hanyalah untuk beberapa saat saja
Janganlah sampai terlena di dunia yang fana ini
Marilah bersama-sama sadar akan kehidupan yang Hakiki
Mengejar keindahan kehidupan abadi, kebajikan yang kekal

Jangan terlalu memberatkan nama serta kekuasaan dengan hati penuh kasih melintaskan umat-umat yang tersesat
Demi anda dan demi saya
Demi keselamatan dan kedamaian dunia

Asalkan dalam hati setiap orang memiliki rumah ( kampung halaman )
Jangan lagi ada keraguan
Jangan lagi terlena
Dengan hati yang tulus menempuh jalan yang benar
Dengan ikhlas mengabdi tanpa berkeluh kesah
Demi TUHAN membuka pelintasan umum yang penuh kasih
Membina diri dan menjalankan KeTuhanan tanpa berkeluh kesah dan penyesalan
( bagian pertama )

Membina diri membuat hati menjadi bersinar terang
Menjalankan KeTuhanan dengan kesungguhan hati memupuk hati yang penuh welas asih
Mari bersama-sama membuka ladang Jalan KeTuhanan
Dengan sungguh-sungguh membina hati memupuk semangat KeTuhanan

Menuntun domba-domba yang tersesat untuk menyeberang pulang ke kampung halaman
Mengorbankan diri sendiri
Rela berkorban untuk mengabdi
Menerangi kegelapan
Walau menderita saya tak gentar

Sehati satu keinginan menyebarkan KeTuhanan
Dengan hati yang tulus menempuh jalan yang benar
Dengan ikhlas mengabdi tanpe berkeluh kesah
Demi Tuhan membuka pelintasan umum yang penuh kasih
Membina diri dan menjalankan KeTuhanan tanpa berkeluh kesah dan penyesalan
( bagian kedua )


Nada lagu : Rasa Sayang

===============================================

( Ketika Guru pergi, arwah segera hadir. Di bawah ini catatan tentang keadaan situasi saat itu )

Arwah : " Yah TUHAN, yah TUHAN ! Betapa sakitnya ( saat itu arwah terus menangis dan terus merintih kesakitan ) sehingga membuat para umat yang hadir saat itu merasa panik.

Pandita :" Kamu jangan terus menangis, Guru telah memberi pesan bahwa waktu anda sangat terbatas, tidak boleh lewat dari jam 19:00 !"

Arwah : "Jangan tarik saya, jangan tarik saya, sangat sakit ! Sangat sakit ! Tenggorokan saya sangat sakit !" ( terus memegang leher )

Pandita : "Bagaimana kalau kami memohon kepada TUHAN untuk meminta teh persembahan agar diberi minum pada anda ? " 
( para petugas pelaksana vihara yang bertugas segera mengambil teh persembahan di altar dan memberikan kepada arwah tersebut , tetapi sangat aneh teh persembahan tidak dapat ditelan, baru meneguk sedikit kemudian langsung keluar lagi, sangat mengherankan dan penuh tanda tanya )

Arwah : " ( Arwah terus merintih dan akhirnya berkata ) saya datang dari Jalur alam neraka setan kelaparan ".


Pandita : "Anda seorang pria atau wanita ? Nama anda siapa ? , dahulu tinggal dimana dan kapan anda meninggal ?"

Arwah : "Saya adalah seorang pria bernama Chen Tek Ching , lahir pada masa kejayaan dinasti Qing dan meninggal pada awal masa kemerdekaan Republik Tiongkok, pada saat meninggal berusia 66 tahun . 
( Saat itu arwah tetap menangis tiada henti, terus memanggil TUHAN ! Saya tahu saya telah bersalah, saya telah bersalah , menyesal dan benci mengapa dulu dapat melakukan hal itu ! )

Pandita : "Bagaimana anda meninggal , mengapa bisa terperosok sampai ke jalur setan kelaparan, apakah karena telah melanggar pantangan semasa hidup, atau ada sebab yang lain, sehingga anda terperosok masuk ke jalur setan kelaparan ?"

Arwah : "Jangan tarik saya , sakit sekali ! Jangan tarik saya, saya merasa sangat kesakitan sekali !"

Pandita : "Kamu jangan membuang waktu, Guru Agung Budha Hidup Ci Kung telah berpesan , tidak boleh lewat dari jam 19:00 , anda masih harus segera tumimbal lahir !"


Arwah : "Saya tidak mau ! Saya tidak mau ! Saya tidak mau pergi tumimbal lahir, saya sangat menderita, saya mau makan, saya mau makan ! 
( arwah terus menangis dengan pilu dan memangil )

Pandita : "Kami berikan buah persembahan TUHAN, bagaimana ?"

(buah persembahan yang di altar telah diberikan kepadanya untuk dimakan, tetap tidak dapat ditelan, dimuntahkan keluar lagi )

Arwah : "Dahulu saya menentang kebenaran dan menghina KeTuhanan TAO ( terus menangis ) .... Tolong saya .... tolong saya .... tolonglah saya  ....! "

Pandita : "Bagaimana cara anda menentang kebenaran dan menghina KeTuhanan Tao , apakah menghalangi seorang untuk membina diri, ataukah melarang orang menjalankan KeTuhanan Tao, melarang orang Memohon KeTuhanan ( qiu Tao ) ?"

Arwah : "Awal mula mereka yang menjalankan KeTuhanan sangatlah bersusah payah, bahkan saya telah merusak begitu banyaknya orang ... Saya mau memohon KeTuhanan ( qiu Tao ) , saya mau memohon KeTuhanan, saya tidak mau pergi bertumimbal lahir, saya telah terlahir menjadi babi di 5 kali kehidupan lalu , menjadi kambing tak terhitung banyaknya di beberapa kehidupan lampau, dan masih akan menjadi kambing 2 kali kehidupan yang akan datang  .... Sebenarnya saya waktu itu mempunyai kesempatan untuk Memohon KeTuhanan , tetapi sayang saya melewatkan kesempatan itu, sebab saya telah mencelakakan begitu banyaknya orang, membuat mereka tidak bisa membina diri, bahkan membuat mereka tidak bervegetarian dan melanggar pantangan, ini semua adalah dosa saya ! Hu... Hu.... saya telah melakukan dosa-dosa yang tak terhitung banyaknya, kalian harus menghargai waktu membina diri, saya mohon kalian membantu saya , tolonglah saya ! Hu ... Hu ... "

Pandita : "Katakanlah bagaimana caranya kami dapat membantumu agar dapat meringankan penderitaanmu ?"


Arwah : "Asalkan kalian baik-baik membina diri, menjalankan KeTuhanan , dengan demikian bisa memperbaiki sedikit kesalahan saya, sehingga saya bisa lebih cepat terlepas dari penderitaan ini ( jalur hewan ) apabila saya dapat terlepas dari jalur hewan, dan mempunyai kesempatan tumimbal lahir menjadi manusia , pada saat itu apakah masih ada TAO untuk dimohon ?"

Pandita : "Para Budiman, bagaimana kalau kita setiap orang masing-masing melintaskan 1 orang dan pahala dilimpahkan untuknya ? Dalam kelas ini ada kurang lebih 100 orang, ditambah juga beramal dana, sehingga dapat membuat Tuan Chen ( arwah ) lebih cepat terlepas dari lautan penderitaan, apakah kalian semua bersedia membantunya ? " ( para umat menjawab bersedia )

Arwah : :"Saya tidak berani, saya tidak berani, saya tidak pantas menerimanya, asalkan kalian semua jangan mengkhianati KeTuhanan , jangan mundur dari Kebenaran ini, sudah cukup. Lagi pula Budha Ci Kung berkata asalkan para budiman semua yang hari ini mengikuti Kelas Penataran Dharma ( Fa Hui ) mau terus membina, barulah saya akan mempunyai kesempatan. Mohon kepada kalian, mohon kepada kalian haruslah baik-baik membina diri !"

Pandita : "Sewaktu anda masih hidup kesalahan apa lagi yang pernah anda lakukan ?"

Arwah : "Pernah juga merusak sekelompok perkumpulan pembina diri ( membuat para Hwesio / Bosong berpantang vegetarian ) dan memakai kekuasaan saya menindas orang ! "

Pandita : "Apakah pekerjaan anda semasa hidup, adakah anak-anak anda yang membina diri ?"

Arwah : "Saya adalah seorang pejabat, dikarenakan saya adalah seorang pejabat, jadi bila ada orang menjalankan KeTuhanan , maka saya akan pergi menangkap mereka, juga menyuruh mereka tidak boleh bervegetarian dan melanggar pantangan mereka, kalau tidak maka saya akan menyusahkan mereka, bila ada orang yang berceramah tentang Kebenaran , saya akan mengacaukannya , tidak akan membiarkan mereka berceramah, coba anda katakan saya melakukan hal demikian, pantaskah anak-anak saya memohon KeTuhanan  dan membina diri ? Sejak dulu saya tidak pernah memohon bantuan kepada siapapun juga, sekarang saya ingin memohon kepada kalian, saya mohon kepada kalian. Saya tidak pernah menetaskan air mata !"

Pandita : "Sebulan yang lalu ( tanggal 11 Agustus ) saat kelas Xin Min Ban - Kelas Pembaruan , ada orang mendengar suara tangisan, apakah waktu itu anda telah datang ke vihara ?"


Arwah : "Waktu itu saya sedang dibunuh orang " 
( maksudnya pada saat tumimbal lahir sebagai kambing yang dibunuh orang dan rohnya keluar menangis ) 


Pandita : "Welas asih dari Guru saat hadir di vihara mengatakan anda harus segera pergi bertumimbal lahir jam 19:00 , agar kami jangan menghalangi waktu , anda akan tumimbal lahir di mana ?"

Arwah : "Indonesia - Ujung Pandang "

Pandita : "Sudah berapa lama anda di neraka, neraka mana saja yang pernah anda lalui, bagaimana kalau anda ceritakan keluar agar para budiman dapat mengetahui keadaan dari neraka itu ?"

Arwah : "Siapa yang masih dapat mengingatnya dengan jelas, neraka begitu menderita, bagaimana saya dapat mengingatnya ! Saya hanya melihat arwah-arwah lain memegang sekuntum teratai putih di tangan mereka masing-masing, tetapi saya tidak punya ! Saya tidak punya .... ( masih terus menangis ) Saya melihat berkuntum-kuntum teratai putih, tetapi tidak ada satupun milik saya, setiap kali saya hanya lahir dan dibunuh kembali oleh manusia !"

( bagi umat manusia di dunia yang ada memohon KeTuhanan maka 7 tingkat leluhur umat tersebut di alam baka masing-masing memegang sekuntum teratai putih, inilah yang dinamakan satu anak memohon KeTuhanan 7 tingkat leluhur mendapat penerangan )

Pandita : "Sekarang ini keadaan sudah sangat kritis, sudah begitu banyak orang yang setelah memohon KeTuhanan , tidak membina diri, mengapa demikian ?"


Arwah : "Ini semua dikarenakan penuntut karma mereka tidak ingin membiarkan mereka membina diri, ingin mereka terjerumus , agar mereka berbuat dosa dan masuk ke neraka sehingga tidak akan dapat hidup kembali, kalian semua harus hati-hati. Apakah kalian percaya pada setiap kata-kata yang saya katakan, dulu saya tidak percaya adanya Nirwana dan lebih tidak percaya lagi adanya neraka, tunggu setelah saya meninggal, barulah tahu betapa menakutkan, menghadapi tempat yang gelap gulita, tetapi saat itu sudah terlambat, sudah berada di neraka !"

Pandita : "Jadi bagaimana sehingga anda meninggal ?"

Arwah : "Mengidap penyakit aneh, tidak dapat makan sesuatupun, demikian terus menerus hingga meninggal"

Pandita : "Anda harus bertobat dan sering-sering membaca Paritta Budha , untuk menghilangkan dosa karma !"

Arwah : "Paritta Budha apa yang dibaca, mana saya punya kepantasan membaca Paritta Budha ! Lagipula sebentar akan segera pergi tumimbal lahir sebagai seekor kambing. Bagaimana saya dapat membaca ? Bolehkah saya memohon KeTuhanan ? Dapatkah saya memohon KeTuhanan ? Saya sudah bercerita banyak tetapi tidak dapat memohon KeTuhanan apa gunanya ? Hu .... Hu ... ( tiada berhenti menangis ) Saya tidak ingin pergi tumimbal lahir ! Saya tidak mau menjadi seekor kambing !"

Pandita : "Tuan Chen ( arwah ) kami setiap orang akan melintaskan 1 orang untuk anda, agar engkau dapat lebih cepat terlepas dari jalur hewan, apabila tidak punya kesempatan itu, tunggulah sampai masa penciptaan dunia baru yang akan datang , tentu masih punya sedikit jodoh kesempatan "


Arwah : "Itu urusan kalian ! Berikan badan ini kepada saya, saya tidak mau tumimbal lahir, saya mau badan ini ( menunjuk tubuh San chai ) "

Pandita : "Kamu jangan sembarangan , jangan menyiksa badan San Chai , badan San Chai hanya dipinjamkan kepadamu untuk sementara saja, sebentar setelah jam 19:00 lewat, kamu harus pergi tumimbal lahir sebagai kambing "

Arwah : "Apakah kalian bersedia membantu saya ? Apakah kalian bersedia membantu saya ? ( dengan suara lirih mengandung permohonan yang sangat dalam ) Saya sebelumnya tidak pernah memohon kepada orang, sekarang saya memohon kepada kalian ( kepala terus bersujud ) saya bersujud kepada kalian, apakah kalian tahu ? Sekarang ini para leluhur kalian di neraka sangat berharap kepada kalian ! Kalian tahu tidak ? Mereka sangat menderita ! Banyak arwah di neraka yang mendapatkan sekuntum teratai putih, tapi tidak lama kemudian layu ini karena kalian tidak membina diri, barulah bisa demikian. Kalian harus mempercayai saya, percaya akan adanya Nirwana dan neraka, baik-baik membina diri menjalankan KeTuhanan, kalian juga jangan terlalu banyak membuang-buang makanan ( harus tahu menyayangi rejeki ) saya tidak punya makanan untuk dimakan, di neraka setan kelaparan sangat menderita dan sengsara ! Kalian jangan boros ! Apakah kalian juga makan daging babi, daging kambing , apabila masih makan, suatu hari nanti tentu leluhur anda sendiri akan kalian makan juga ! Saya tidak mau tumimbal lahir ! Hu .... Hu ... ! Saya tidak mau pergi, saya tidak mau pergi ! Induk binatang sudah hampir melahirkan , saya tidak mau ! Hu ... Hu ... Saya tidak mau tumimbal lahir , saya ingin menguasai raga ini, saya ingin memiliki raga ini ! "

Pandita : "Kamu jangan membuat keributan ! Semua ini adalah karma hasil perbuatan kamu terdahulu ! Jangan berpikir untuk memiliki badan San Chai . Kalau kamu tidak lekas pergi bertumimbal lahir , dan apabila waktunya telah lewat kami sungguh tidak dapat menanggungnya !"


Arwah : "Apakah benar saya harus pergi ? Sungguhkah saya harus pergi ?"

Pandita : "Sebelum anda pergi , berikanlah beberapa patah kata sebagai nasehat yang dapat mendukung pembinaan diri bagi umat ! "

Arwah : "Saya tidak mau bertumimbal lahir , saya tidak mau bertumimbal lahir sebagai kambing ! Hu .... Hu ..... ( tangisan yang memilukan sungguh menyayat hati )

Pandita : "Ini adalah hal yang tidak mungkin, Firman TUHAN tidak dapat ditolak, berharap dengan membawa hati yang penuh pertobatan anda pergi bertumimbal lahir, dengan demikian anda akan lekas terlepas dari jalur hewan "

Arwah : "Saya berharap kalian baik-baik membina diri, jangan lupa bahwa saya telah memberi sujud kepada kalian, kalian harus membantu saya,. Bolehkah saya tidak perlu pergi ? Bolehkah saya tidak perlu pergi ?"

Pandita : "Tidak boleh ! Guru sudah berpesan tidak boleh lewat jam 19 : 00 , waktu anda hanya tersisa 5 menit, pergunakanlah dengan baik-baik ! "

Arwah : "Sebelum saya pergi, bolehkah memberi saya air untuk yang terakhir kalinya ( sampai saat ini, masih tidak dapat menelan air, agar para budiman dapat memahami betapa menderitanya keadaan setan dari jalur neraka kelaparan ). Saya tidak mau pergi .... saya akan menjadi anak kambing, induk kambing sudah hampir melahirkan, jangan lahirkan saya, jangan lahirkan saya ....."

Pandita : "Kamu pergi sajalah ! Pergunakan hati yang biasa dan hati penuh rasa bertobat untuk pergi bertumimbal lahir, kami akan melintaskan orang dan melakukan amal dengan uang , pahalanya untuk dilimpahkan kepadamu "

Arwah : "Saya berterima kasih kepada kalian ! Saya berterima kasih kepada kalian !"

( arwah mundur dan pergi, waktu menunjukkan tepat jam 19:00 )


Catatan : saat ini beberapa manusia karena ketidaktahuan maka berani menghina Jalur KeTuhanan dan bahkan dengan sengaja membocorkan Rahasia Langit  , seperti membocorkan San Pao ( 3 Mustika ) dengan sengaja menyebarluaskan 5 Kata Suci di internet , meskipun saat ini masih belum merasakan apa-apa , namun perbuatan ini bukankah sudah melanggar dari Peraturan Suci, hukuman melanggar peraturan suci sangatlah berat , semoga yang pernah melakukan pelanggaran ini bisa bertobat agar kelak tidak ada penyelasan.

No comments:

Post a Comment