Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 22

BAB 22
Tanggal 19 – 11 – 2005


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :


Hati Manusia tidak ada Kebajikan, menyiksa binatang untuk menikmati kesenangan, tidak punya hati yang memaklumi keadaan-nya, kalau badan kamu di-iris pisau, bukan-kah akan sakit hingga ke relung hati, apa lagi menyiksa binatang ?


Sering membaca surat kabar, ada yang menggunakan gelang karet diikatkan ke leher anjing gelandangan, membuat dia menderita luar biasa, setelah beberapa hari kemudian, kulit bagian ikatan terluka menjadi borok, kemudian meninggal.


Setiap kali Saya keliling Dunia, melihat banyak Manusia yang menyiksa binatang, atau dengan pisau tajam memotong kaki dan tangan-nya, membuat darah-nya mengalir tiada henti lalu mati, atau dengan pisau tajam memotong daging-nya sekerat demi sekerat, membuat-nya ter-siksa kemudian meninggal dengan membawa kebencian, ini-lah dosa yang dilakukan Manusia di Dunia, cepat-cepat-lah ber-tobat. Sebelum terlambat.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat Buku.

( Saat itu Buddha mengibaskan kipas-Nya, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru, sudah musim dingin, Langit menjadi gelap lebih panjang waktu-nya, perut juga gampang lapar, hari ini Murid demi pindah ke Kuil baru, sudah sibuk selama se-minggu lebih, dalam hati meskipun terasa gembira, tapi badan ini terasa lelah. Luas daerah Kuil baru ada 39 petak, tanah-nya luas, bersihkan-nya juga melelahkan, seharian bersih-bersih, sungguh melelahkan.

Buddha Ci Kung : Jerih payah Murid, Guru mengetahui-nya, juga merasa tidak tega, dalam se-minggu boleh dikatakan kamu tidak gunakan satu hari pun untuk istirahat dengan baik, pagi hari selain sibuk cari nafkah, pada malam hari sudah banyak Orang yang antri untuk di-tolong, karena itu luar biasa lelah-nya, kalau bukan karena ketulusan dalam membantu Ibunda Suci dalam menyelamatkan Umat Manusia, sebagaian Umat biasa tidak sanggup menjalankan-nya.

Thung Sheng : Guru terlalu memuji, sebenar-nya apa yang dilakukan Murid hanya-lah hal yang wajar, siapa suruh Murid ber-ikrar jadi [ Buddha Ci Kung kecil ] ? Tentu saja harus meneladani semangat Guru, tapi yang paling menjadi beban di hati Murid, masih masalah keuangan. Demi membangun Kuil baru, Murid harus menanggung hutang sebanyak 4.210.000 NT, beban-nya berat, semoga banyak Umat yang ber-Kebajikan membantu-nya, kalau tidak, Murid tidak punya kekayaan dan tidak ada uang.

Buddha Ci Kung : Mendengar-nya Guru jadi pilu, sungguh luar biasa kamu ini, demi Kebenaran ( Tao ), demikian tulus hati mengorbankan diri, bisa menjadi contoh teladan Para Pembina, Murid jangan khawatir, Guru akan membantu kamu secara diam-diam.

Thung Sheng : Ada pepatah mengatakan [ tak ada yang memahami Anak selain Bapak-nya ], saya mengatakan [ tak ada yang memahami Murid selain Guru-nya ], ada-nya kepastian dari Guru, meskipun Murid harus memikul lebih banyak tanggung jawab, lebih banyak hutang, juga ikhlas.

Buddha Ci Kung : Baiklah, sambil jalan sambil mengobrol.

( Saat itu begitu kipas Buddha dikibaskan, naga emas pelindung muncul di angkasa, warna emas ber-kemilauan, angkasa yang gelap jadi ber-sinar terang, membuat Orang berhenti dan memperhatikan-nya, Guru dan Murid naik ke atas naga, naga emas terbang dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat kunjungan hari ini )

Thung Sheng : Guru. Tidak mudah membina sampai mencapai tingkat kesempurnaan, rintangan-nya ada di mana ? Boleh-kah Guru kasih petunjuk ? Untuk menyelesaikan ke-tidak-tahu-an Manusia di Dunia.

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Manusia sulit membina sampai capai kesempurnaan, karena di-lilit oleh beban hutang karma selama beberapa Kehidupan, di-tambah lagi pada Kehidupan sekarang tidak cukup dalam memupuk Amal Kebajikan, sehingga kebanyakan Orang sebelum hutang karma-nya lunas, sudah jatuh sakit dan meninggal dunia, maka harus datang ke Dunia lagi masuk ke Jalur Tumimbal Lahir, tiada henti-nya dalam beberapa Kehidupan.

Thung Sheng : Kalau begitu, Murid ingin ber-tanya pada Guru, mesti-nya harus bagaimana menjalankan-nya ? Baru bisa cepat mencapai kesempurnaan, kembali ke Nirwana, lebih awal kembali ke sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Buddha Ci Kung : Murid ber-tanya dengan baik, Manusia cenderung tidak bisa memandang terbuka pada uang, jika bisa memandang terbuka, seperti Kuil Chiien Cen pindah ke Kuil baru serta kebutuhan untuk membangun Vihara baru perlu biaya besar, jika bisa membantu dengan ikhlas merupakan Amal Kebajikan yang besar.

Thung Sheng : Yang di-maksud Guru “Amal Kebajikan besar”, bisa tolong dijelaskan ?

Buddha Ci Kung : Sederhana penjelasan-nya, tapi sulit dijalankan, seperti contoh Kuil Chiien Cen, di bawah ke-pengurusan Murid, makin hari makin berkembang, Buletin menyelamatkan Umat Manusia diterbitkan terus, Orang yang diselamatkan sudah tak terhitung jumlah-nya, diri sendiri sudah melakukan Amal istimewa.

Sekarang kalau ingin memperbesar skala penyelamatan Manusia, memperluas Kuil, para Pembina mesti-nya menyumbangkan uang yang sifat-nya sementara untuk mendukung-nya, agar Kalangan ke-Tuhan-an bisa lebih cepat melunasi hutang-nya.

Berdasarkan Aturan Langit, di Dunia ada membantu pembangunan Kuil ada Amal-nya, berdasarkan jumlah sumbangan-nya besar atau kecil, Tuhan akan memberikan rezeki, jabatan dan usia panjang, selain itu Amal-nya masih bisa melindungi Anak Cucu, bahkan bisa membuat Arwah Leluhur-nya bisa lepas dari penderitaan mendapatkan kebahagiaan, bisa mendapatkan kedudukan, juga bisa membantu diri lebih awal mencapai kesempurnaan, satu tindakan mendapat 3 hasil, mengapa ada kebahagiaan tidak dijalankan ?

Setelah Kuil selesai di-bangun, masih terus menyelamatkan Umat Manusia, Amal-nya lebih tidak terbayangkan, sehingga dikatakan rezeki-nya luar biasa.

Thung Sheng : Mendirikan Kuil sudah mempunyai Amal Kebajikan yang luar biasa, tidak terbayangkan, di sini saya menyerukan pada Umat Manusia, manfaat-kan kesempatan yang sulit di dapat ini, baik-baik-lah membantu Kalangan ke-Tuhan-an.

( Pada saat Guru dan Murid lagi ber-bincang, naga emas berhenti di depan sebuah rumah sakit. Guru dan Murid turun dari naga emas, berjalan ke rumah sakit masuk ke ruang ICU, melihat seorang pasien di leher-nya ada satu luka yang sangat dalam, kulit-nya sudah luka menimbulkan bau busuk, membuat Orang tidak tega melihat-nya. Saat itu Buddha mengibaskan kipas, rohani pasien dikeluarkan )

Arwah Pasien : Siapa kalian ber-dua ? Mengapa bisa masuk ke dalam ruang perawatan saya ?

Buddha Ci Kung : Hari ini datang untuk mewawancarai kamu, karena perbuatan jahat kamu pada Kehidupan lampau, bisa digunakan untuk mengingatkan Umat Manusia, sehingga khusus datang me-wawancarai, pertama bisa mengurangi beban kesalahan kamu, ke-dua bisa menasehati Umat Manusia, jangan menyiksa binatang lagi.

Arwah Pasien : Kali ini leher saya terkait kawat papan reklame, saluran napas hampir putus, nyawa dalam keadaan kritis, tidak tahu Kehidupan lampau telah melakukan kesalahan apa ? Sehingga mendapat balasan buruk ini.

Buddha Ci Kung : Boleh lihat cermin mustika ini, kamu akan tahu sendiri.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibas cermin mustika sejenak, di dalam cermin menampilkan pemandangan yang sadis. Seorang Anak yang bandel, sedang mengikatkan satu karet gelang ke leher seekor anjing, anjing itu me-rintih terus, Anak kecil tidak melepaskan-nya malah tertawa ter-bahak-bahak, merasa senang. Ter-lihat luka anjing pelan-pelan membusuk, bukan-nya kasihan, malahan tambah senang. Anjing itu mengalami penyiksaan keras, sehingga beberapa hari kemudian, karena luka membusuk menyebabkan anjing me-rintih menderita kemudian mati, sebab yang tidak hati-hati mengakibatkan berakhir-nya 1  Kehidupan yang singkat )

Arwah Pasien : Sungguh tidak di-sangka, cermin itu bisa melihat kejadian saya pada Kehidupan lampau, maka pada Kehidupan kini leher saya di-potong oleh papan reklame, apakah merupakan akibat penyiksaan binatang pada Kehidupan lalu ?

Buddha Ci Kung : Benar.

Thung Sheng : [ Umat Manusia takut akan hasil, Bodhisattva takut akan sebab ], tidak tahu Umat Manusia setelah membaca Buku [ KELILING KASUS SEBAB AKIBAT ], apa yang dirasakan-nya ? Jangan menyiksa binatang kecil lagi, kalau hukuman balasan sudah datang, menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Baik-lah, kunjungan hari ini cukup sampai di sini, waktu tidak pagi lagi, mari pulang.

( Waktu itu Buddha Ci Kung mengembalikan roh Arwah Pasien, Guru dan Murid naik ke atas naga emas, naga emas terbang dengan cepat, pulang ke Kuil Chiien Cen )

Buddha Ci Kung : Sudah sampai ke Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan, sudah, Saya pulang.

No comments:

Post a Comment