Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 15

BAB 15

Tanggal 18 – 06 – 2005












BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :


Setiap kali Manusia di Dunia menciptakan dosa, para Pendosa tidak menyadari kesalahan-nya, hanya memikirkan Kebaikan diri sendiri, malah tidak merasa prihatin terhadap korban yang dicelakai, begitu masa penghakiman sudah tiba baru menangis tersedu-sedu memohon pada Langit dan Bumi, sudah tiada guna-nya !

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat Buku.


( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )



Thung Sheng : Selama se-minggu tidak ketemu, apakah Guru ada melihat lomba perahu naga dan makan kue Cang (bakcang) pada perayaan hari kue Cang ?


Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Guru adalah Buddha, mana perlu makan makanan duniawi, lagi pula lomba perahu naga bagi Saya tidak ada arti-nya, kemana-mana menyampaikan dharma untuk selamatkan Umat Manusia lebih ber-makna.

Thung Sheng : Benar juga, kegiatan di Dunia hanya bersifat memperingati saja, tidak membawa manfaat bagi keselamatan keseluruhan.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, naga emas pelindung muncul, seluruh angkasa di atas Kuil Chiien Cen ber-sinar cemerlang, sangat agung. Guru dan Murid naik ke atas panggung naga emas, naga emas terbang dengan cepat, menuju ke tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng :   Guru. Taiwan selama 2 minggu ber-turut-turut turun hujan deras secara meluas, menyebabkan kebanjiran di bagian selatan, ke mana mata memandang terlihat penderitaan, ini apa sebab-nya ?

Buddha Ci Kung : Orang di selatan banyak melakukan dosa kesalahan.

Thung Sheng : Bagaimana penjelasan-nya ?

Buddha Ci Kung : Di bagian selatan, babi yang sudah mati karena penyakit juga di-jual di pasar, menyebabkan berapa banyak Orang memakan daging babi yang sudah tercemar ?

Lagi pula para Petani demi mendapatkan keuntungan yang banyak, seringkali sebelum pestisida pada sayur dan buah hilang kadar racun-nya, sudah di-panen dan di-jual.

Para Peternak demi mendapatkan keuntungan besar, menyedot air tanah dalam jumlah besar, membahayakan lapisan Bumi, sebenarnya mencelakai diri dan Orang lain, juga memberi dampak yang besar pada permukaan Bumi.

Sudah banyak Dewa Tanah, Dewa Penanggungjawab Lokasi, Para Malaikat Pengawas yang keliling pada pagi dan malam hari sudah lapor ke Kerajaan Langit, Penguasa Alam Hawa sangat marah, sehingga memerintahkan Raja Naga di Laut Timur bertindak, beserta 4 Malaikat memberikan angin, hujan, guntur dan kilat bersama-sama menurunkan hujan deras untuk menghukum-nya.

Thung Sheng : Ternyata begitu, melihat berita di TV, kerugian yang di-alami Petani sangat-lah besar, membuat Orang merasa iba, Murid memohon Guru menolong mereka.

Buddha Ci Kung : Murid mempunyai hati yang welas asih, kasihan pada para Petani, Nelayan, tapi bukan-nya Guru tidak mau membantu, karena yang bisa lepaskan lonceng adalah mereka yang mengikat lonceng, kecuali mereka bisa memperbaiki kesalahan menjadi baik, jangan sampai hati-nya disesatkan oleh uang, kalau tidak, bencana akan berdatangan terus.

( Saat Guru dan Murid lagi ber-bincang, naga emas sudah berhenti di samping kandang babi )

Thung Sheng : Guru, apakah sudah sampai ? Mengapa sampai di kandang babi ? Murid sudah ikrar vegetarian bersih selama 17 tahun, tidak boleh makan daging babi, kita ganti tempat wawancara saja-lah, sungguh bau sekali.

Buddha Ci Kung : Hai … ! Murid bodoh, kenapa bawel lagi, babi yang dikunjungi hari ini, ada nilai untuk menasehati Manusia, lihat-lah Guru mengeluarkan semua roh babi, begitu kamu melihat akan mengetahui-nya.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipas-Nya, semua babi di kandang babi bagaikan kena hipnotis, satu demi satu ambruk ter-tidur dengan pulas, bersamaan itu roh-nya dikeluarkan, saat itu keluar satu kelompok besar Tentara Jepang, masing-masing muka-nya mempunyai hawa pembunuhan, begitu Thung Sheng melihat pemandangan ini, sangat kaget sehingga ber-lari ke belakang Buddha Ci Kung untuk ber-sembunyi )

Buddha Ci Kung :   Murid budiman jangan takut, Tentara Jepang ini merupakan Tentara pada masa Perang Dunia II , Guru akan memanggil Kepala Pasukan untuk hadir di hadapan kamu, untuk cerita-kan kesalahan yang telah dilakukan-nya, dengan sendiri-nya akan ketahuan.

( Saat itu seorang Tentara Pejabat mewakili yang lain maju ke depan )

Roh Babi : Aii … ! Kalau tahu begini, mana berani melakukan pada awal-nya. Kami mendapat Perintah Kaisar Jepang untuk menyerang Kota Nanjing, karena mendapat Perintah Atasan melakukan pembataian Kota, maka-nya begitu masuk Kota Nanjing, segera melakukan pembantaian besar-besar-an.

Begitu ketemu Orang langsung di-penggal kepala-nya, begitu ketemu Bayi atau Anak kecil maka Anak itu akan di-lempar ke Angkasa kemudian di-tusuk dengan pisau dalam keadaan hidup hingga dia mati, kalau ketemu Perempuan akan di-perkosa dulu sebelum di-penggal kepala-nya, hari itu korban yang meninggal di Nanjing 300.000 Orang lebih, sehingga disebut pembantaian Kota Nanjing.

Pada awal-nya kami menggangap mematuhi Perintah Kaisar adalah menjalankan Kesetiaan pada Negara, setelah meninggal akan masuk ke Nirwana, bagaimana bisa tahu setelah meninggal justru roh-nya masuk ke Neraka, Hakim Neraka menilai perbuatan kami tidak lebih dari babi atau pun anjing, tidak ada nurani-nya, sehingga mengalami siksaan di Neraka tidak perlu di-bahas lagi, lebih lagi juga di-hukum untuk ter-lahir jadi babi selama 100 kali Kehidupan, di-sembelih oleh Orang Tiongkok dan di-potong ribu-an cincang-an, untuk membalas dosa kesalahan kami.

Coba pikir-kan kesalahan besar yang dilakukan diri sendiri, kemudian pikir-kan lagi diri sendiri menjadi babi dan derita saat di-jagal, sungguh menyesal setelah melakukan kesalahan pada awal-nya.

Thung Sheng : Orang Jepang yang jahat … membunuh Saudara se-kandung saya, memang layak dapat hukuman, apakah kalian tidak ada Orangtua, Saudara atau pun Anak Istri ? Bagaimana bisa melakukan perbuatan sadis bagaikan binatang ? Hukuman yang layak ! Hukuman yang setimpal ! 

Saya ingin bertanya satu hal pada kalian , makanan sisa Manusia di-kasih ke kalian untuk makan, saya lihat kalian makan dengan nikmat-nya, bahkan saling berebut makan, apakah sungguh-sungguh enak ? Bahkan di dalam-nya ada juga daging babi, babi makan babi, apakah kalian tidak enek ?

Roh Babi : Apa-lah daya, karena kalau tidak makan maka tidak dapat makanan lagi, tidak bisa memilih, hanya bisa ber-tahan menelan makanan yang berasa kecut dan bau tidak enak, kalau pun ke-makan daging babi, juga tidak berdaya.

Kalau ter-pikir sesama jenis kami di-jagal Manusia, hati jadi takut juga, karena ada Orang menggunakan pisau jagal yang tajam, menusuk ke dalam leher kami, kami ter-jatuh ke lantai menderita kesakitan sambil kejang-kejang, masih menggunakan palu besar dipukulkan ke kepala kami dengan keras-nya, sampai mati. Ada juga yang menggunakan benda tajam ditusukkan ke dalam otak kami dalam keadaan hidup hingga mati, lebih membuat kami menderita kesakitan luar biasa.

Terpikir keadaan kami saat mati, Manusia di Dunia memakan dengan lahap-nya, apakah pernah memikirkan keadaan kami yang mati dengan tragis-nya ?

Ada juga babi yang di-paksa makan oleh Peternak, lambung-nya hampir meledak di-jejali makanan, Manusia baru ber-henti, juga di-suntik berbagai obat perangsang agar daging-nya tebal dan bagus, berbagai tindakan yang tidak layak, semua itu terjadi pada kami.

Terpikirkan betapa menyedihkan sebagai babi, kami menyesali tindakan kami semasa jadi Manusia. Ada balasan sebagai babi hari ini, menyesal sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : [ Kalau tahu akan begini jadi-nya, maka dari awal jangan dilakukan ], berbagai kesadisan yang dilakukan Orang Jepang pada Perang Dunia ke-dua, kelak Buku ( KELILING KASUS SEBAB AKIBAT ) akan banyak di-baca, untuk mengingatkan Manusia jangan melakukan kejahatan, kalau tidak, menyesal juga sudah terlambat.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipas-Nya, seluruh roh Tentara Jepang kembali ke badan babi, saat melihat mereka bangun tersadarkan, muka-nya terlihat ketakutan )

Buddha Ci Kung : Hari ini cukup lama dalam membuat Buku, pulang-lah.

( Saat itu Guru dan Murid naik ke atas naga emas, naga emas terbang dengan cepat menuju Kuil Chiien Cen )

Buddha Ci Kung : Sudah sampai ke Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan. Sudah, Saya pulang.

No comments:

Post a Comment