Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 18

BAB 18
Tanggal 23 – 07 – 2005


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia menganggap Setan dan Malaikat adalah omong kosong, setengah percaya setengah tidak percaya, bahkan menertawakan-nya, men-jelek-kan-nya, mencibir sinis pada Para Pembina, ini telah menciptakan dosa besar.

Saya mengharapkan Manusia di Dunia banyak-banyak-lah mengucapkan kata yang demi Kebaikan, ucapan yang sopan untuk menasehati Manusia, membimbing-nya menuju Kebaikan, bagaikan musim semi yang membuat Orang terasa sejuk, membina Tao menuju Kebaikan, dengan memperbaiki kesalahan, boleh dikatakan Amal Kebajikan yang besar.

Semoga Manusia di Dunia kalau bicara selalu mengucapkan kata-kata yang ber-Kebajikan, jangan membicarakan kejelekan Orang atau menyudutkan-nya, dengan begitu beruntung-lah tidak sia-sia jalani Kehidupan ini, ber-semangat-lah.

Buddha Ci Kung : Murid, mari pergi keliling buat Buku.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng dikeluarkan seketika )

Thung Sheng : Murid memberi sujud hormat pada Guru. Cuaca sangat panas, Guru tidak takut panas, terus menerus memberikan petunjuk Suci, Murid jadi kagum.

Buddha Ci Kung : Ini juga merupakan masalah yang tidak bisa di-sepele-kan, jadi Buddha mempunyai tugas mewakili Tuhan untuk pergi menyelamatkan Umat Manusia. Apalagi Umat Manusia makin hari makin tenggelam dalam kebejatan. Hati-nya makin sadis, urusan kecil pun mau ambil nyawa Orang, sangat buas, karena-nya membuat Tuhan dan Para Buddha risau, Yii Huang Ta Ti ( Penguasa Alam Hawa periode sekarang dijabat oleh Kwan Shen Ti Ciun alias Budha Kwan Kong ) bertindak lebih awal, satu demi satu me-lapor pada Yii Huang Ta Ti, ber-sedia menitis lahir ke Dunia demi menyelamatkan Umat Manusia, untuk selamatkan mereka yang te-sesat.

Mengharapkan hati Manusia kembali ber-moral, kalau tidak, saat bencana besar datang akan terjadi pemisahan yang baik dan jahat, menyesal pun sudah terlambat.

Thung Sheng : Terimakasih pada Tuhan dan Para Buddha yang ber-welas asih, demi menyelamatkan Umat Manusia yang ter-sesat, sehingga demikian ber-susah payah, jika kita masih tidak baik-baik memperbaiki diri, apakah tidak merasa ber-salah terhadap jerih payah Buddha ?

Buddha Ci Kung : Ungkapan yang baik ! Ungkapan yang baik ! Anak pintar, boleh sambil jalan sambil bicara.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, naga emas pelindung muncul di angkasa, Buddha Ci Kung dan Murid naik ke atas naga, naga emas terbang dengan cepat menuju ke tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru, sejak Ibu saya meninggal, mencapai kesempurnaan, pandangan Murid jadi terbuka, lebih terbuka terhadap urusan lahir dan mati, hanya memikirkan bagaimana mengatasi persoalan dalam membina, mengharapkan petunjuk dari Guru.

Buddha Ci Kung : Murid ada semangat untuk maju, Guru juga merasakan-nya, membina hati bukan-lah diungkapkan dengan kata-kata, melainkan peningkatan dalam suasana hati yang makin mem-baik, yang bisa diungkapkan dengan kata-kata bukan-lah keadaan yang sesungguh-nya.

Setelah Murid Saya menjadi “Medium”, dengan tulus terus mewakili Tuhan membabarkan Kebenaran, dalam rumah yang sempit menjalankan Tao, juga mendapat fitnahan “Medium” dari Kuil OO, masih tidak marah, malah makin giat membina dan menyelamatkan Umat Manusia, makin lama Kuil-nya makin ramai, setiap kali ada kegiatan, Kuil di-penuhi Orang.

Jadi kamu dan Istri-mu yang rajin menjalankan, mendapatkan hasil yang besar. Lagi pula Tuhan sudah mengijinkan pendirian Kuil, dalam waktu singkat akan ada kabar baik, kamu tunggu-lah.

Thung Sheng : Terimakasih Guru memberi semangat dan dorongan, Murid merasakan tanggung jawab yang besar, merasa tidak ke-buru pergi menyelamatkan Umat Manusia, sehingga tidak ikuti pandangan sebagian “Medium” umum-nya, semua-nya hanya mengandalkan hati.

Para Pembina menjalankan pembinaan hati dan mulut dengan sungguh-sungguh. Jika hati dan mulut tidak di-bina, meskipun sudah puluhan tahun jadi Medium, akan jadi bagaimana ? Menciptakan dosa kesalahan. Siapa yang menciptakan dosa siapa yang menanggung-nya. Sebagai “Medium” hanya membantu Malaikat menjalankan tugas, adalah kesalahan besar jika tidak cepat menyadari-nya, sayang sekali.

Buddha Ci Kung : Hati Murid welas asih, tidak tega menyerang Orang merupakan perwujudan pembinaan, karena bagaikan Buddha yang seperti tidak ke-buru pergi menyelamatkan Umat Manusia, mana ada waktu untuk memperdulikan ejekan Orang yang tidak percaya pada Buddha ? Ini menunjukkan Orang yang bersangkutan tidak paham dan tidak ada kearifan, ha … ha … ha …

Thung Sheng : Murid punya satu pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Guru, mengenai kerisauan Orang se-Marga yang tidak bisa menikah, sering ketemu kasus Pasangan yang saling mencintai tapi terpaksa ber-pisah karena keterikatan pandangan Orangtua, mohon tanya apakah masalah ini benar ?

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Pertanyaan baik ! Pertanyaan baik ! Manusia di Dunia terikat oleh pandangan yang demikian dalam, karena pengaruh pengetahuan belakangan ini, sehingga mereka yang se-Marga tidak boleh menikah, telah memutuskan banyak ikatan jodoh yang baik, sungguh suatu kesalahan. Saya akan menjelaskan-nya, semoga Manusia jangan terpaku pada pandangan itu, untuk menghindari kesalahan.

Manusia mengatakan mereka yang se-Marga berasal dari satu Leluhur, sehingga ikatan darah-nya dekat, khawatir melahirkan Anak cacat mental, sehingga di-tentang, ini juga ada kebenaran-nya, tapi kalau terlalu terpaku pada pandangan juga bisa menciptakan kesalahan.

Karena yang se-Marga berasal dari Leluhur berbagai Marga, apa yang perlu ditakutkan ? Pada saat perekonomian sulit di Taiwan, sering ada kasus ini, meskipun se-Marga, asalkan setelah lewat 5 generasi, tidak akan ada kasus melahirkan Anak cacat mental karena nikah se-Marga. Jika Manusia menghadapi masalah ini, boleh mencari silsilah turunan dulu, jangan begitu menghadapi kasus se-Marga langsung putuskan [ se-Marga tidak boleh menikah ], telah memutuskan ikatan jodoh yang baik.

Pada zaman dulu, Han San atas petunjuk 2 Orang Bodhisattva, melewati rumah seorang Penduduk, melihat mereka lagi ada perjamuan pesta Pernikahan, begitu di-lihat dengan jelas, ternyata Pengantin Perempuan adalah Buyut dari Pengantin Pria yang menitis lahir lagi yang menikah dengan Cicit-nya sendiri, sehingga tertawa ter-bahak-bahak.

Yang Saya ceritakan itu adalah Pernikahan beda Marga, masih memungkinkan kamu menikahi Leluhur sendiri, coba katakan akan-kah melahirkan Anak cacat mental ? Apa yang Saya sampaikan adalah memberi petunjuk pada Manusia, jangan terpaku pada pandangan, mesti-nya ber-giat-lah membina hati memupuk rohani, baru-lah menjalankan hakekat Kebenaran.

Thung Sheng : Terimakasih atas petunjuk Guru, di-yakini setelah Manusia membaca Bab ini, akan tersadarkan.

( Pada saat itu naga emas pelindung mendarat di tanah lapang Penjual kambing di Pasar salah satu Daerah di Xin Jiang, Daratan Tiongkok, terlihat seorang Penjual kambing lagi mengambil pisau tajam ingin menjagal kambing, kambing itu meneteskan air mata terus menerus, seperti ada kata yang mau disampaikan. Buddha ber-welas asih tidak tega melihat pembunuhan, langsung men-jelma diri-nya jadi seorang Bosong ( Biksu ) yang lewat di depan-nya )

Bosong : Berbuat baiklah ! Berbuat baiklah ! Amithofo, mohon tunggu sebentar ! Dengarlah omongan Saya, agar kamu bisa ter-hindar dari kesalahan besar.

Penjual kambing : Bosong banyak campur urusan Orang, saya mau bunuh kambing, apa urusan-nya dengan kamu ? Minggir ! Kalau tidak, saya akan potong kamu sekalian.

( Di-bilang lambat tapi tepat waktu juga, pada saat itu pisau jagal di-tusuk-kan ke Bosong, saat itu Bosong mengucapkan kata suci, Penjual kambing menjadi kaku tidak bisa ber-gerak, hanya berteriak [ mohon ampun Bosong Suci ! ] , [ mohon ampun Bosong Suci ], [ saya tidak berani lagi ], [ mohon Bosong Suci lepaskan saya ] ! )

Bosong : Hari ini Saya datang kemari untuk memberi petunjuk Sebab Akibat kamu dengan kambing itu, agar kamu terhindar dari kesalahan besar.

Penjual kambing : Silahkan Bosong Suci berbicara, saya akan dengarkan dengan seksama.

Bosong : Kambing itu adalah Ayah kamu yang terlahir kembali, pada saat kamu akan menusukkan pisau ke tenggorokan-nya, tidak-kah kamu melihat air mata-nya mengalir terus ? Ingin memberitahukan keadaannya tapi tidak bisa diungkapkan, hati-nya sangat menderita, hari ini Bosong sudah kasih tahu.

Ayah-mu dulunya adalah Penjual kambing, demi kenikmatan mulut, sering membunuh kambing untuk di-makan, 1 Kehidupan melakukan banyak pembunuhan, sehingga pada saat ajal men-jemput, Arwah-arwah kambing pada datang menagih, sehingga dia meninggal dalam keadaan merintih kesakitan.

Setelah meninggal dia di-hukum Hakim Neraka terlahir sebagai kambing 100 kali Kehidupan, ini merupakan pertama kali sebagai kambing, hari ini melihat Anak-nya sendiri ( yaitu kamu ) memegang senjata tajam ingin membunuh-nya, hati-nya sungguh sedih dan khawatir, karena-nya air mata-nya mengalir terus menerus, mengharapkan kamu melepaskan-nya, Saya sudah menjelaskan Kehidupan kamu, coba renungkan lagi.

( Saat itu Bosong mengucapkan kata suci, Penjual kambing mendapat penjelasan, mengingat kembali apa yang disampaikan Bosong tentang situasi Ayah-nya menjelang ajal, selain merasa takjub, memeluk kambing itu menangis sedih, saat itu-lah Bosong itu juga menghilang )

Thung Sheng : Guru. Hari ini pandangan Murid jadi terbuka, keadaan yang hanya bisa di-tonton dalam sinetron atau film, bisa Murid saksikan di depan mata sendiri, sungguh membuka pandangan Murid, memuji Guru mempunyai kekuatan Buddha tiada batas.

Buddha Ci Kung : Baik-lah ! Baik-lah ! Semoga Manusia bisa menjadikan-nya peringatan, jangan-lah me-makan yang lemah dan tidak berdaya, tega-nya membunuh makhluk hidup demi kepuasan perut, kasihan sekali. Baik-lah hari ini telah menghabiskan banyak waktu, mari pulang ke Kuil.

Thung Sheng : Murid akan patuhi.

( Saat itu Guru dan Murid ber-dua naik ke atas naga emas, naga emas terbang dengan cepat di angkasa menuju ke Kuil Chiien Cen )

Buddha Ci Kung : Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan, sudah, Saya pulang.

No comments:

Post a Comment