Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 24

BAB 24
Tanggal 17 – 12 – 2005


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :


Manusia di Dunia dengan cara keras men-cela dan menyalahkan Orang lain, malah tidak tahu diri sendiri banyak kekurangan-nya, hanya tahu men-cela Orang, justru tidak tahu introspeksi ke dalam untuk membina diri, mengakibatkan sejumlah dosa kesalahan masih tidak menyadari-nya.


Saya berharap Manusia dengan hati yang lapang dan memaklumi Orang lain dalam melayani Orang, jangan [ keras dalam men-cela Orang, tapi longgar terhadap diri ], hendak-nya [ disiplin keras terhadap diri, dan longgar dalam melayani Orang ] dalam menyelesaikan persoalan, supaya tidak menciptakan dosa kesalahan yang tidak diketahui-nya. Beri-lah semangat diri.

Buddha Ci Kung : Murid budiman, mari pergi buat Buku.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru. Sangat cepat, Buku [KELILING KASUS SEBAB AKIBAT ] sudah memasuki tahap akhir, maka akan ada sejumlah waktu tidak ketemu Guru, hati Murid rasa-nya tidak rela.

Buddha Ci Kung : Murid mempunyai hati syukur dan menghormati Guru, Guru bisa merasakan-nya. Semasa kurun waktu membuat Buku, kita Guru dan Murid keliling ke mana-mana untuk membuat Buku, me-wawancarai kasus yang baik maupun yang buruk untuk menasehati Manusia di Dunia, walaupun susah tapi ber-makna.

Semoga Manusia dalam membaca Buku ini bisa introspeksi memeriksa diri-nya, ada atau tidak ada melakukan pelanggaran seperti yang dilakukan Orang di dalam Buku, bisa ber-semangat untuk memperbaiki-nya, supaya terhindar penciptaan kesalahan dan dosa. Boleh sambil jalan sambil bicara.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci dan melambaikan tangan ke angkasa, naga emas pelindung segera muncul, Guru dan Murid naik ke atas naga emas, naga emas terbang cepat menuju tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru tadi mengatakan [ hati lapang memaklumi Orang ] semesti-nya bagaimana dijalankan dengan nyata ? Supaya tidak membuat diri menciptakan dosa dan kesalahan.

Buddha Ci Kung : Baik ! Baik ! Murid Saya mengangkat persoalan ini memohon pada Guru, Saya akan menjelaskan-nya.

[ Berlapang dada memaklumi Orang ] berarti senantiasa di dalam hati memikirkan posisi Orang yang bersangkutan, setiap pikiran mendulukan Orang lain sebagai topik, kurangi memikirkan diri sendiri, bisa mempertahankan hati ini dengan sendiri-nya tidak akan disalahkan dan di-benci Orang, tidak mendatangkan bencana, tidak melakukan kesalahan.

Sering terlihat Manusia di Dunia hanya karena masalah kecil lantas bertengkar mulut, dengan kata-kata yang keras mau menang sendiri, tidak bisa memaafkan kesalahan kecil Orang lain, sehingga pihak lain jadi marah dan malu, di-ikuti dengan melayangkan tinju atau pisau atau pistol, akibat-nya dua-dua-nya terluka, dua-dua-nya rugi, bahkan mengakibatkan kematian pihak lain atau cedera.

Coba-lah kalian lihat di jalan setiap kali kalau ada tabrakan kendaraan, Pemilik mobil ke-dua pihak akan mengatakan siapa yang benar dan salah dan saling membela diri sampai muka merah telinga merah ke-dua pihak tidak ada yang mau mengalah, membuat kendaraan di belakang-nya macet sampai barisan yang panjang, masih tidak perduli-kan masalah itu, keadaan itu adalah tidak ada [ hati berlapang memaklumi Orang ].

Asal-kan saya baik, saya benar, sudah beres. Kalau Orang lain ada kesalahan harus di-cela habis-habis-an, karena itu di Masyarakat sering ada kasus kerusuhan, pemenang-nya hanya merasa keren tapi sebenar-nya sudah kalah dalam keharmonisan, karena itu-lah telah menanamkan “penyebab” bencana.

Saya sering keliling Dunia melihat Umat Manusia sering timbul [ api amarah ], mulut me-maki tiada henti, kata apa pun berani diucapkan hanya demi untuk menang debat, mana-lah tahu justru kesalahan dan dosa mulai-nya dari sini, menyedihkan … ! Menyedihkan …. !

Jika Manusia tidak percaya, berapa berat kesalahan mulut yang telah diciptakan beban karma mulut, mulai hari ini boleh di-coba lakukan terus, di-jamin kamu akan menyesal pada saat sudah terlambat.

Thung Sheng : Mendengar ucapan Guru, melebihi membaca Buku selama 10 tahun,kalau begitu Manusia harus banyak mengalah, pepatah mengatakan [ yang mengalami kerugian adalah Orang yang mendapat kemudahan ] kelihatan-nya mengalami kerugian atau kalah, sebenar-nya malah telah me-menang-kan keharmonisan, telah me-menang-kan hati Manusia untuk senang dan hormat kepada-nya, coba katakan ini termasuk rugi atau kalah atau mendapatkan kemudahan ? Ha … ha …

Buddha Ci Kung : Tidak salah, Murid pintar ! Diceritakan 1 sudah paham 3, tidak sia-sia telah menjadi Murid yang baik dari Guru.

( Saat Guru dan Murid lagi ngobrol, naga emas pelindung sudah berhenti di depan sebuah ruang perawatan pasien, terlihat seorang sukarelawan dengan ramah membuat suasana nyaman bagi pasien kanker yang sudah di-ambang kematian, antusiasme dia sungguh meng-gugah Orang, bagaikan sinar matahari yang menyinari, meng-hangat-kan Bumi )

Thung Sheng : Guru. Malam ini membawa Murid ke ruang perawatan pasien untuk apa ?

Buddha Ci Kung : Me-wawancarai sukarelawan yang bahagia yang ada di depan mata ini.

Thung Sheng : Dia tidak tidur, ber-jalan kesana kemari, bagaimana me-wawancarai dia ?

Buddha Ci Kung : Tidak sulit, kamu akan tahu setelah melihat Guru.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, kibas-kan kipas-Nya, tiba-tiba sukarelawan merasa teler, merasa sangat lelah, lantas istirahat di salah satu kursi yang ada di samping, ter-tidur, tidak lama kemudian, rohani-nya melayang keluar dari badan-nya, datang ke hadapan Buddha Ci Kung dan Thung Sheng )

Sukarelawan : Yiii … ? Siapa kalian ber-dua ? Yang satu pakai baju kuno, seorang lagi memakai baju Upacara hijau, bagaimana cara-nya kalian masuk ? Mengapa saya tidak melihat-nya ?

Thung Sheng : Tuan jangan kaget dan ragu, yang ber-diri di samping saya adalah Buddha Ci Kung yang terkenal di Dunia sedangkan saya adalah “Medium” dari Kuil Nan Thian Ce Sia Chiien Cen mendapat Titah Suci dari Tuhan dan Yii Huang Ta Ti ( Penguasa Alam Hawa ) untuk membuat Buku [ KELILING KASUS SEBAB AKIBAT ], Bab Terakhir ini adalah me-wawancarai kamu, coba katakan apa saja yang kamu lakukan, bagaimana bisa menjadi sukarelawan di ruang perawatan pasien ini ?

Sukarelawan : Sungguh memalukan untuk diceritakan, saya sebenarnya adalah penderita kanker, sebenarnya hidup saya sudah di-ambang ajal, karena merubah pola pikir, telah menyelamatkan Orang lain juga menyelamatkan nyawa saya sendiri, sehingga timbul hati untuk menjadi sukarelawan, untuk merawat pasien yang di-ambang kematian, untuk beri semangat pada mereka. Memberikan dorongan positif. Mengharapkan mereka bisa keluar dari cengkraman Malaikat Maut, tampil dengan keberanian untuk memulai hidup baru.

Thung Sheng : Boleh-kah kamu cerita-kan asal mula kisah ini, untuk menasehati Manusia di Dunia ?

Sukarelawan : Boleh. Saya adalah Orang yang ber-hati sempit, setiap kali ketemu Orang yang melakukan kesalahan pasti di-cela dengan kata-kata keras, me-maki-nya habis-habis-an dengan kata-kata kasar baru berhenti, seringkali demikian baru merasa puas.

Saya bekerja di sebuah Perusahaan trading, karena Kepala Keuangan yang baru tidak cocok dengan saya, seringkali hanya kesalahan kecil lalu saya memarahi dia dengan suara keras, membuat dia susah hati.

Karena dia baru, memang belum akrab dengan kerjaan-nya, sehingga sulit terhindarkan ada-nya kesalahan kecil, tapi di forum pertemuan saya sering menjatuhkan dia dengan menceritakan kesalahan dia di depan Orang banyak, membuat dia malu, di-tambah dengan stress beban kerjaan, tidak lama kemudian Kepala Keuangan itu mengalami kerisauan, kegelisahan, di-tambah perasaan malu juga menderita kanker.

Saya yang sering men-cela dan memarahi Orang telah menciptakan beban karma mulut, juga mendapat kanker dubur, pada saat itu kami ber-dua mundur dari kerjaan dan di-rawat di rumah sakit yang sama.

Waktu itu hati saya menyesal dan ber-tobat, mengharapkan dia memaafkan saya, pada saat dia dengan lapang dada memaafkan saya, penyakit kami ber-dua mengalami ke-mukjizat-an langsung sembuh, bahkan Dokter pun tidak percaya, sehingga saya ber-ikrar seumur hidup akan mengabdikan diri sebagai sukarelawan, merawat Orang lain, juga menceritakan kisah saya kepada Orang lain, memberi dorongan pada mereka untuk [ berlapang dada ] memaafkan Orang lain, pasti akan mendapat hasil yang di luar dugaan.

Sekarang saya sudah menjadikan ruang perawatan pasien sebagai rumah saya, nyawa saya adalah pemberian Tuhan, semasa saya masih punya nyawa, saya akan manfaat-kan untuk menasehati Orang untuk berlapang dada memperlakukan Orang lain, kurangi dalam men-cela Orang, banyak disiplin-kan diri, untuk menebus kesalahan diri.

Buddha Ci Kung : Sangat baik ! Sangat baik ! Tahu salah bisa perbaiki itu-lah Kebaikan terbesar, kamu bisa segera sadar dan menyesali-nya, tidak sia-sia-kan Kehidupan baru yang telah diberikan Tuhan, tidak lama kemudian, hutang karma kamu akan lunas dan nanti-nya kamu bisa kembali ke Surga. Waktu sudah malam, mari pulang ke Kuil.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, mengembalikan roh sukarelawan ke badan-nya, Guru dan Murid naik ke atas naga emas, naga emas terbang dengan cepat ke Kuil Chiien Cen )

Buddha Ci Kung : Sudah sampai di Kuil Chiien Cen, roh Thung Sheng kembali ke badan, sudah, Saya pulang.

No comments:

Post a Comment