Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 20

BAB 20
Tanggal 15 – 10 – 2005


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :


Kerisauan Orang dalam mengatasi banyak persoalan, badan, mulut dan niat menciptakan 3 beban karma yang tidak bersih. Setiap kali suka ber-debat, menindas yang baik, mengungkapkan urusan pribadi Orang, menertawakan Orang, dengan niat tidak baik men-celakai Orang, merasa senang bisa men-cemari atau men-jelek-kan Orang, ini telah menciptakan dosa besar.


Saya senantiasa ber-susah payah menasehati Manusia di Dunia, sayang-nya Manusia tidak percaya dengan Hukum Sebab Akibat, tidak percaya dengan Setan dan Malaikat, hanya percaya dengan ilmu pengetahuan atau teknologi, karena-nya beban karma buruk menumpuk terus, satu hawa jahat membumbung ke angkasa.


Setiap kali Petugas Langit melaporkan ke Kerajaan Langit, membuat Penguasa Alam Hawa marah besar, memerintahkan Malaikat wabah menurunkan penyakit di Asia Selatan, sehingga di Dunia heboh dengan flu burung dengan virus H5N1, merupakan wabah yang disebarkan oleh Malaikat wabah di Nan Thian.

Saya tidak tega melihat Umat Manusia ber-buat jahat tanpa menyadari-nya sehingga mendapat hukuman dari Langit sehingga rohani-nya ter-siksa, karena itu selagi terjadi wabah penyakit menular yang lebih parah, sekali lagi menasehati Manusia cepat-lah sadar, jangan terus buat tidak baik dan tidak memperbaiki-nya, kalau hukuman atas perbuatan-nya sudah sampai, menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh. Mari pergi buat Buku [ KELILING KASUS SEBAB AKIBAT ]

( Saat itu Buddha Ci Kung menepuk-kan kipas-Nya ke kepala Thung Sheng, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Di sini Murid memberi salam hormat pada Guru.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, jangan sungkan ! Rapi-kan pakaian, siap-siap mau berangkat membuat Buku.

( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, tiba-tiba naga emas muncul, di angkasa ber-sinar cemerlang keemasan ber-kemilau, dipenuhi hawa baik, Buddha Ci Kung dan Murid naik ke naga emas, naga emas terbang dengan cepat menuju tempat tujuan hari ini )

Thung Sheng : Guru. Beberapa hari lampau di India dan Pakistan terjadi gempa skala 7,6 menyebabkan 10.000 lebih korban meninggal, melihat situasi yang mengerikan di TV, membuat Orang tidak tega melihat-nya, terutama melihat kekacauan di mana-mana, pemandangan mayat ber-gelimpangan, hati rasa-nya tidak tega, tanpa disadari hati terasa pilu, sangat berharap mimpi buruk ini ( gempa bumi ) jangan terjadi lagi.

Buddha Ci Kung : Murid Saya ber-hati welas asih, merasakan kepedihan setiap kali melihat bencana Dunia, hati tidak tega dan meneteskan air mata, Guru juga demikian. Karena Manusia yang ter-sesat sifat-nya sangat keras, tidak percaya pada dharma Buddha, sehingga sulit untuk tersadarkan, tapi sebagai Murid Ajaran Suci, jangan karena Manusia sulit diselamatkan lantas tidak diselamatkan, karena akan kehilangan sifat welas asih dari Pembina dalam menyelamatkan Manusia. Karena itu hendak-nya rajin membabarkan kabar penyelamatan, agar Buku Suci selama-nya bisa diwariskan, sampai [ bencana angin nuklir ] tiba.

Thung Sheng : Baik-lah ! Murid akan mengingat-nya dalam hati, Umat Manusia yang belum diselamatkan akan di-ingat, selalu mengingat pesan Guru, baru bisa menyelamatkan Umat Manusia kembali ke sisi Tuhan.

Buddha Ci Kung : Sungguh tidak mudah kamu punya hati Bodhisattva ini, bisa memikirkan Umat Manusia, tidak sia-sia menjadi Murid baik dari Guru.

Thung Sheng : Guru. Setiap kali Murid melihat para Bhiksu, menjalankan tugas Suci demi kesenangan diri, serakah akan uang angpao Orang atau uang pemasukan, lagi pula lupa akan ikrar yang diucapkan-nya pada waktu diresmikan menjadi Bhiksu, mesti bagaimana menyelamatkan-nya ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Murid Saya bisa menanyakan hal ini, Guru jadi tenang. Ini juga merupakan ujian Iblis yang harus dihadapi para Pembina, mereka yang membina pasti ada ujian-nya, tanpa ada-nya ujian tidak akan mencapai kesempurnaan, dengan apa Tuhan menguji-nya ?

Dengan uang, harta benda, Wanita – sex, kenamaan, kejayaan, jabatan atau posisi, pada saat saling berhadapan dengan Sesama Pembina, mengatasi persoalan, setiap tindak tanduk sebagai ujian-nya.

Bahkan banyak para Bhiksu dan Bhiksuni karena pikiran-nya belum terbuka, belum paham akan dharma Buddha, hanya asal jadi Pembina ( Bhiksu, Bhiksuni ) tapi hati-nya masih berisi hal-hal duniawi, tidak bisa dilupakan, baik itu uang, harta benda, kenikmatan sex, hal-hal yang berkaitan dengan kenamaan dan kejayaan, sehingga terus menerus menciptakan beban karma kesalahan.

Seperti hal-nya setiap hari menjalankan dharma Buddha hanya demi mendapatkan angpao ( uang ), bukan-nya baik-baik memanfaatkan kesempatan untuk ikat jodoh baik dengan Umat Manusia untuk membabarkan dharma Buddha, menyelamatkan Umat Manusia secara luas, tapi malahan melakukan satu kesalahan, hanya memikirkan cari uang, coba-lah tanyakan pembinaan jenis ini apa-lah arti-nya ? 

Juga kehilangan ikrar besar yang diucapkan-nya pada awal menjadi Pembina. Bahkan banyak dari mereka melakukan skandal sex, lebih mencemarkan nama baik Ajaran Buddhisme, bukan saja tidak ada harapan kembali ke Nirwana, malah jalan ke Neraka sudah tampak di depan mata.

Mengharapkan para Pembina ( Bhiksu dan Bhiksuni ), bisa melakukan pantangan, waspada-lah, dalam menjalankan pembinaan didasarkan penyelamatan Umat Manusia sebagai tujuan-nya, tidak serakah pada uang, harta, kenikmatan sex, kenamaan, kejayaan, jabatan atau posisi, tidak serakah akan persembahan Orang, ber-giat dalam membina, baru ada harapan kembali ke Nirwana.

( Pada saat Buddha Ci Kung lagi ber-bincang dengan Murid-Nya, naga emas pelindung sampai di lahar Peternakan bebek di suatu tempat di bagian Selatan, pelan-pelan mendarat, Buddha Ci Kung dan Murid turun dari naga emas, ber-jalan menuju ke tempat Peternakan bebek, ber-jalan ke depan salah satu bebek lalu berhenti )

Thung Sheng : Guru. Hari ini kenapa membawa Murid ke Peternakan bebek ? Jangan-jangan mau membeli telur bebek, untuk men-jamu Saudara-Saudari se-perguruan.

Buddha Ci Kung : Aaiii … ! Jangan bicara sembarangan, apakah kamu ada melihat bebek yang di depan mata, terus mengalirkan air mata, seperti-nya merasakan kematian-nya sudah dekat sehingga tiada henti mengalirkan air mata.

Thung Sheng : Kalau Guru tidak kasih tahu, Murid masih tidak tahu, sekarang diperhatikan dengan seksama, sungguh benar. Lagi pula bebek ini dengan air mata mengalir terus manatap Guru, yiii … ? Kenapa dia bisa melihat kita ?

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Mata binatang, mata-nya beda dengan mata Manusia, bisa melihat Setan dan Malaikat yang tidak ber-wujud, karena belakangan ini Pemerintah ada mengumumkan pencemaran senyawa dioksin ( zat penyebab kanker ) pada telur bebek, sehingga memerintahkan untuk membunuh bebek petelur yang jumlah-nya 410.000 ekor. Karena bebek ini tahu akan di-bunuh sehingga mengalirkan air mata tiada henti.

Thung Sheng : Sungguh tidak tega jadi-nya, Guru. Cepat-lah keluarkan rohani-nya, agar dia bisa menceritakan sebab kejadian Kehidupan lampau, supaya bisa mengingatkan Manusia di Dunia.

Buddha Ci Kung : Baik-lah ! Tunggu Saya melakukan-nya.

( Saat itu begitu kipas Buddha Ci Kung dikibaskan, roh bebek petelur ini dikeluarkan, ternyata seorang Bhiksuni, melihat Buddha Ci Kung, langsung ke-dua kaki-nya ber-lutut dan menangis terus )

Buddha Ci Kung : Yin Cen ( panggilan Bhiksuni ), Murid Saya, kalau tahu hari ini akan begini, mana berani melakukan-nya dulu, hari ini sudah menerima hukuman balasan, maka terima-lah, ceritakan-lah kesalahan kamu pada Kehidupan lalu, bisa menebus dosa kesalahan kamu.

Arwah Pendosa : Yin Cen sudah tahu ber-dosa, membicarakan masa lalu sungguh memalukan, hari ini saya bisa begini, karena pada awal-nya niat hati saya melenceng dan semakin hari semakin parah, sampai tidak bisa membebaskan diri.

Kalau memang merupakan hukuman balas atas perbuatan saya, maka saya akan ber-cerita yang sesungguh-nya, mengharapkan para Pembina Ajaran Buddha ( Bhiksu dan Bhiksuni ), jangan meniru apa yang saya lakukan, baru terselematkan !

Pada Kehidupan lampau saya adalah seorang Wanita rumahan, karena melakukan banyak pembunuhan, dari kecil sudah ber-badan lemah dan sakit-sakit-an, Orangtua tidak sanggup merawat saya, sehingga di-bawa ke salah satu Kuil untuk jadi Bhiksuni, agar tidak kelaparan, juga ada kesempatan untuk belajar, sehingga dari kecil saya sudah jadi Bhiksuni, setelah 3 tahun kemudian, saya diresmikan sebagai Bhiksuni dengan simbol pencukuran rambut.

Karena dalam pembinaan harus bisa membaca Kitab Suci untuk ber-tobat, saya dengan tulus mempelajari-nya. 10 tahun kemudian saya menguasai berbagai cara pertobatan dengan membaca Kitab Suci.

Karena dari kecil sudah merasa miskin sehingga sangat mengutamakan uang, setiap kali ada Umat datang minta dilakukan Upacara, terlebih dulu membahas harga-nya baru bersedia melakukan-nya, bagi yang tidak punya uang, akan di-tolak, membuat-nya kecewa dan pulang, demikian-lah setiap hari sibuk, senang dengan aktivitas-nya di bidang Agama, karena biaya Upacara sangat mahal.

Lagi pula tiap 3 atau 5 hari, Umat akan menyumbang, sehingga saya menjadi Bhiksuni yang kaya. Dalam hati ber-pikir, tidak di-sangka menjadi Bhiksuni ada keuntungan demikian besar, sehingga semakin hanyut di dalam-nya, senang sekali, secara perlahan keluar masuk juga mulai menggunakan mobil mewah.

Karena usia makin dewasa, sulit mengendalikan nafsu hati, berhubungan badan dengan salah satu Bhiksu di Kuil, karena perut saya semakin hari semakin besar, maka pergi meninggalkan Kuil untuk melahirkan, pada saat melahirkan terjadi pendarahan sehingga meninggal dunia.

Setelah meninggal masih berharap bisa ke Nirwana ketemu dengan Buddha, tapi apa daya yang tampak di hadapan mata adalah Petugas Neraka yang tampang-nya seram, muka hijau dengan gigi taring, membuat saya luar biasa ketakutan.

Di-seret ke hadapan Hakim Neraka. Hakim Neraka menilai saya, menjadi seorang Bhiksuni, bukan hanya tidak mematuhi Aturan Suci Vihara, malah menyimpang dari cara pembinaan yang semesti-nya, malah serakah terhadap sumbangan Umat, senang bisa mendapat banyak uang, juga melakukan perbuatan yang mencemarkan kesucian Vihara, dosa yang tidak terampuni, di-vonis hukuman siksaan 30 tahun di Neraka, juga diputuskan akan terlahir sebagai bebek betina 100 kali Kehidupan, sebagai hukuman balasan atas pencemaran kesucian Vihara.

Sekarang sudah ter-lahir 5 kali, masih ada 95 kali kelahiran, karena belakangan ini bebek betina tercemar dengan senyawa dioksin sehingga akan di-bunuh, karena tahu ajal saya sudah dekat sehingga ber-sedih sekali, ber-harap Buddha menolong saya.

Buddha Ci Kung : Bukan-nya Buddha tidak ber-welas asih, tapi karena sendiri yang berbuat dosa, maka harus diri sendiri yang menanggung akibat-nya, Saya tidak bisa membantu kamu.

( Waktu itu Buddha mengibaskan kipas-Nya, roh Bhiksuni itu dikembalikan ke badan bebek betina, Buddha dan Murid-Nya naik ke atas naga emas, naga emas terbang dengan cepat menuju ke Kuil Chiien Cen )

No comments:

Post a Comment