Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 7

BAB 7
Tanggal 09 – 04 – 2005









BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :

Manusia zaman sekarang banyak yang menderita kanker, benjolan ganas, dan lain-lain. Bukan-nya tanpa sebab ! Sebagai petani ingin mendapatkan banyak keuntungan, saat pestisida belum bersih sudah dijual, setelah konsumen memakan-nya, racun pestisida menumpuk di tubuh, lama kelamaan akan timbul benjolan keganasan atau kanker. Saya menasehati para petani hendak-nya menggunakan hati nurani, jangan hanya demi keuntungan tapi mencelakai orang, kalau tidak hukuman-nya berat.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat Buku. ( saat itu Buddha Ci Kung menepuk pundak Thung Sheng dengan tangan-Nya, rohani Thung Sheng keluar seketika ).

Thung Sheng : Murid memberi salam hormat pada Guru.

Buddha Ci Kung : Murid jangan sungkan, hari ini Guru membawa kamu jalan-jalan ke desa.

Thung Sheng : Baik-lah ! Baik-lah ! Sepanjang waktu berada di kota, ada perasaan bagaikan badan terikat, sekarang Guru ajak jalan-jalan ke desa, hati rasa-nya gembira sekali.

( saat itu Buddha Ci Kung melambaikan tangan ke angkasa, naga emas muncul di hadapan, terasa hawa positif, warna keemasan yang menyilaukan, Guru dan Murid ber-dua naik ke punggung naga emas, naga emas terbang ke arah selatan dengan kecepatan tinggi )

Thung Sheng : Mendengar ucapan Guru tadi, hati Murid terasa sangat nyaman, teringat masa kecil dulu jarang terdengar ada orang kena kanker atau benjolan ganas, mengapa zaman sekarang demikian banyak orang kena kanker ? Murid sangat ingin tahu, mohon Guru menjelaskan dengan detail, untuk hilangkan keraguan hati manusia.

Buddha Ci Kung : Masalah ini bisa dijelaskan dari 2 sisi, yang tidak terlihat adalah pada kehidupan lampau terlalu banyak melakukan pembunuhan makhluk hidup, ini merupakan sebab-nya. Yang terlihat adalah petani zaman sekarang demi mendapat banyak keuntungan, tidak sayang mengorbankan kesehatan para konsumen, mengakibatkan penyakit kanker makin hari makin banyak.

Thung Sheng : Lantas bagaimana untuk mengatasi kanker ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan baik ! Thung Sheng merasakan derita, dalam hati merasakan derita Umat Manusia yang sakit, layak disemangati. Saya akan jelaskan dari 2 sisi untuk sadarkan Umat Manusia. Manusia kalau memupuk kebiasaan baik untuk pantang membunuh, lepaskan makhluk hidup, paling bagus kalau ber-vegetarian bersih, kalau tidak makan sayuran tanpa makan daging dalam satu menu, untuk hindari beban karma pembunuhan, juga secara periodik ikut kegiatan pelepasan makhluk hidup, untuk menyelesaikan hutang karma beberapa kehidupan lampau, karena sebab ini-lah ( sebab hutang karma pembunuhan ) baru bisa diselesaikan secara pelan-pelan. Sisi lain-nya, buah yang sudah di-beli hendak-nya di-cuci bersih secara alami baru di-makan, jangan cuci sembarangan langsung di-makan, karena akan memakan pestisida yang beracun.

Thung Sheng : Terimakasih atas petunjuk Guru, pasti akan sangat ber-manfaat bagi Manusia di Dunia.

( pada saat Guru dan Murid lagi bicara, naga emas pelindung sudah mendarat di suatu daerah pertanian di bagian selatan )

Thung Sheng : Wah … ! Sungguh pemandangan aneh, kenapa satu bidang sawah di depan tadi diselubungi satu sinar merah, apa sebab-nya ?

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Ini-lah tempat tujuan hari ini, boleh ikut Guru maju ke depan, maka akan ketahuan.

( saat itu Thung Sheng mengikuti Buddha Ci Kung menuju ke satu lahan pertanian, ada satu Kakek tua ber-wajah welas asih, sedang istirahat di atas kursi , terlihat Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Kakek itu dikeluarkan ).

Kakek Tua : Aii … ? Kalian ber-dua siapa yah … ? Mengapa masuk ke dalam rumah saya ? Guru yang di depan ini jangan-jangan adalah Buddha Ci Kung ? Kakek memberi salam hormat pada Buddha Ci Kung.

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Benar, memang Saya, jangan sungkan, ber-diri-lah.

Kakek Tua : Mohon tanya Buddha Ci Kung dan Tuan ini ada urusan apa sampai di tempat saya ?

Thung Sheng : Kakek Tua, apa kabar ? Kalau tidak ada urusan pasti tidak akan datang, lahan pertanian kamu diselubungi oleh satu hawa merah, tidak tahu apa sebab-nya ?

Kakek Tua : Saya juga tidak tahu, hanya merasa aneh saja, lahan pertanian saya juga tidak dikasih pestisida khusus. Tapi padi-padi tumbuh luar biasa baik, biji-nya penuh, sungguh membuat orang tidak paham.

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Masalah ini biar-lah Saya yang jelaskan. Petani tua ini hati-nya baik, demi kesehatan konsumen, setelah padi di-panen, di-simpan lebih dari 1 bulan dulu, baru di-jual, sehingga pestisida pelan-pelan berkurang sampai bersih, baru tidak mencelakai orang kena kanker. Meskipun untung-nya berkurang, tapi tetap menjalankan standar moralitas, tidak ingin mencelakai nyawa orang demi uang. Karena itu Tuhan memberikan satu selubung sinar merah untuk melindungi-nya, maka hama penyakit hanya sampai batas sini saja, biji padi-nya penuh, tumbuh-nya lebih bagus dari lahan pertanian yang lain-nya.

Kakek Tua : Ternyata demikian ! Terimakasih atas penjelasan dari Buddha Ci Kung, Murid hanya menjalankan asas yang mesti-nya dijalankan Manusia, jangan sampai mematikan hati nurani hanya demi uang, tidak di-duga sungguh dapat perlindungan dari Tuhan, sungguh bersyukur sekali.

Thung Sheng : Setelah mendengar dari Kakek Tua dan Guru, sungguh menggugah Orang. Semoga Manusia di Dunia bisa meneladani semangat Petani tua ini, jangan karena uang lantas mencelakai kesehatan Manusia, ini merupakan dosa besar, cepat-lah sadar dan perbaiki diri, kalau tidak begitu balasan hukuman-nya datang maka menyesal pun sudah terlambat.

Buddha Ci Kung : Waktu sudah tidak pagi lagi, mengantar roh Kakek Tua kembali ke badan.

( waktu itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, roh Kakek Tua kembali ke badan-nya, Buddha Ci Kung dan Murid naik ke naga emas, naga emas terbang dengan cepat kembali ke Vihara Chiien Cen )

Buddha Ci Kung : Vihara Chiien Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke badan, baik-lah, saya pulang.


No comments:

Post a Comment