Thursday 15 October 2015

KITAB KELILING KASUS SEBAB AKIBAT BAB 21

BAB 21
Tanggal 29 – 10 – 2005


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :


Saya keliling ke penjuru Dunia, di mana-mana melihat hawa Dunia membumbung ke Langit, hawa serakah dan kejahatan, Malaikat Pengawas dan Malaikat Pagi dan Malam sudah melaporkan keadaan ini ke hadapan Yii Huang Ta Ti ( 玉皇大帝 Penguasa Alam Hawa ), kasus dosa sudah menumpuk tinggi bagaikan gunung.


Yii Huang Ta Ti pada dasar-nya ingin lebih awal turunkan bencana, untung-lah ada Para Buddha dan Bodhisattva yang memohon, sehingga bisa dihentikan, tapi Yii Huang Ta Ti memerintahkan masing-masing Malaikat lebih cepat memberikan balasan sebab akibat, pembalasan karma yang mesti-nya datang pada Kehidupan yang akan datang di-ubah menjadi pembalasan pada Kehidupan sekarang, untuk mengungkapkan pembalasan karma baik dan buruk, untuk memperingati Manusia jangan lagi melakukan perbuatan yang tidak baik dan yang jahat, kalau tidak, begitu balasan-nya sudah datang meng-hukum, sulit untuk lepas dari derita.

Buddha Ci Kung : Murid bodoh, mari pergi buat Buku.

( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci, roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )

Thung Sheng : Cuaca mulai sejuk, Murid juga merasa jauh lebih nyaman, tiap kali cuaca panas dan lembab membuat Murid sangat susah, karena harus mengalirkan banyak keringat membasahi badan, susah-nya tidak bisa diungkapkan.

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Murid Saya menjalankan tugas besar dalam penyelamatan 3 Alam, ada satu hawa Kebenaran di tubuh-nya, sehingga sering merasa badan-nya ada satu hawa hangat yang harmonis.

Pada musim dingin meskipun sangat dingin, suhu-nya -10 derajat di daerah gunung es, kamu masih bisa memakai celana pendek, baju lengan pendek, karena dalam beberapa tahun ini giat dalam menjalankan Tao, Tuhan memberikan hawa murni di badan-mu.

Thung Sheng : Ternyata demikian, pantas, meski cuaca se-dingin apa pun, Murid juga tidak merasa dingin, hanya merasa sangat nyaman di-tiup angin.

Buddha Ci Kung : Ada satu bagian kesungguhan hati dalam menjalankan Tao, maka akan mendapatkan hasil satu bagian juga, bisa sambil mengobrol sambil jalan.

( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci, naga emas pelindung muncul seketika, Guru dan Murid naik ke atas naga, naga emas terbang dengan cepat, menuju ke tempat tujuan hari ini )



Thung Sheng : Hari ini keliling, cuaca-nya sangat bagus, seketika Murid merasa segar dan nyaman, tidak tahu hari ini akan mengunjungi tempat apa ?

Buddha Ci Kung : Bawa kamu mengunjungi satu tempat [ Rumah Hantu ].


Thung Sheng : [ Rumah Hantu ] ? Ya … ampun ? ! Tidak ke tempat lain, mau ke [ Rumah Hantu ] buat apa ? Menurut saya, lebih baik kita main ke Disneyland saja.

Buddha Ci Kung : Pikiran yang baik. Kali ini mengunjungi [ Rumah Hantu ], tujuan-nya membuat Manusia di Dunia agar mengetahui ada-nya Malaikat dan Hantu, jangan hanya percaya pada teknologi saja, tidak percaya pada Malaikat dan Hantu, bertindak seenak hati sendiri, kalau tidak begitu perbuatan buruk-nya sudah banyak, baru mengetahui ada-nya hukuman balasan sebab akibat, waktu itu menyesal pun sudah terlambat.

Thung Sheng : Murid ada satu pertanyaan yang ingin dilaporkan pada Guru, tidak tahu boleh atau tidak ?

Buddha Ci Kung : Boleh, kamu katakan.

Thung Sheng : Murid melihat banyak Orang meskipun sebagai Pembina Ajaran tertentu, tapi selalu angkuh dalam menjalankan tugas. Menilai pekerjaan mana yang lebih rendah, menganggap pekerjaan di bidang tulis menulis lebih tinggi, Amal-nya lebih besar, mengira pekerjaan membuka pintu untuk Umat lebih rendah, Amal-nya lebih kecil, sehingga tidak bersedia melakukan-nya, menganggap akan menurunkan citra diri-nya, tidak ikhlas melakukan-nya, mohon Guru ber-welas asih memberi petunjuk, untuk membuka pandangan melenceng dari Saudara-Saudari se-perguruan.

Buddha Ci Kung : Ha … ha … ! Saya kira ada urusan apa, ternyata Cuma masalah ini, baik-lah, Saya jelaskan, untuk menyelasaikan pandangan melenceng dari Para Pembina.

Manusia ingin meminjam keberadaan-nya di tempat Suci untuk memupuk Amal Kebajikan, untuk bisa menghilangkan dosa kesalahan-nya, kelak bisa mencapai kesempurnaan, bisa kembali ke Kerajaan Tuhan, ini merupakan pandangan yang tegak dan perbuatan yang benar.

Tapi karena hati-nya belum [ paham ] makna Kebenaran, sehingga hati-nya selalu terpaku pada pandangan yang melenceng, coba-lah renung-kan lautan luas yang tidak perdulikan berbagai kotoran yang ada di dalam aliran sungai serta bisa ditampung-nya, sehingga bisa terlihat kemuliaan-nya. Karena kosong-kan diri-nya baru bisa menampung berbagai hal, sehingga bisa bertahan lama.

Penderitaan hidup Manusia singkat saja, pada Kehidupan sekarang kalau tidak bisa membenahi pikiran-nya kembali ke pikiran baik, hanya berebut pekerjaan yang dianggap lebih tinggi, pandangan hati sudah melenceng, maka pembinaan-nya sulit bisa mencapai kesempurnaan.

Tugas yang dikerjakan tidak dibedakan mulia dan hina, asalkan itu pekerjaan di tempat Suci, selayak-nya dikerjakan dengan giat, jangan ada hati yang membeda-beda-kan, dengan demikian baru tidak sia-sia-kan harapan Para Suci.

Umat Manusia ada rohani-nya, mesti-nya meneladani semangat Buddha, membina diri supaya bisa memulihkan sifat rohani, jangan ada hati yang membeda-beda-kan, kalau tidak, akan ada kekurangan dalam pembinaan, tidak akan mencapai sifat rohani secara total.

Sekarang kamu mengutarakan-nya, maka Guru meminjam kesempatan ini untuk menjelaskan-nya, semoga Murid Pembina yang ada pandangan demikian bisa dengan giat memperbaiki-nya, baru bisa mencapai kesempurnaan hasil.

Thung Sheng : Juga ada seorang Saudara yang menjadi Penceramah di Kalangan Yi Kuan Tao, pernah bertanya dan di Vihara pernah ada masalah sehingga membuat hati-nya risau, bisa-kah mohon petunjuk pada Guru ?

Buddha Ci Kung : Pertanyaan yang baik ! Apa yang kamu katakan tadi, merupakan masalah yang dihadapi oleh Kalangan Yi Kuan Tao yang sekarang lagi berkembang pesat.

Karena setelah Saya kembali ke sisi Tuhan, selalu ada perselisihan, tiada henti berebut kekuasaan sebagai Guru ke-dua dan ke-tiga. Sebagai seorang Pendahulu, Pandita, karena menganggap posisi-nya tinggi, sehingga sering menggunakan kekuasaan atau nada memerintah memperlakukan Para Umat, membuat Umat marah dalam hati, tidak berani diungkapkan, karena itu Tao ini tidak bisa dikembangkan dengan lancar.

Juga ada sebutan “sengketa Nama”, dengan demikian tidak ada yang menurut siapa pun, masing-masing menjalankan sendiri, membuat Guru di Nirwana merasa sedih.

Sekarang meminjam pembuatan Buku ini, memberitahukan pada Para Murid, kalau ingin kembali ke Nirwana, harus membina diri sampai bisa menghilangkan segala keterikatan wujud duniawi, jangan ada hati yang membedakan [ saya mulia kamu hina ], [ saya tinggi kamu rendah ], sebagai seorang Pendahulu, Pandita, hanya memikul tugas tanggung jawab yang sedikit lebih banyak dalam menyelamatkan Umat Manusia, bukan-nya posisi dia lebih tinggi dari Umat, semesti-nya ber-welas asih, bicara dengan suara lembut dan sopan, bersama dengan Umat merundingkan masalah bagaimana mengembangkan Tao dan menggugah Umat Manusia.

Mesti-nya ada kerjasama di antara 18 jalur benang emas, jangan berjalan sendiri-sendiri, karena kekuatan-nya gampang bubar, perkembangan Tao akan terganggu, Umat dan Pendahulu di bawah satu jalur yang sama mesti-nya saling menghormati, jangan meng-anggap diri lebih tinggi dari Umat, tidak mau mendengar saran dari Umat di bawah-nya ( Hou Sie ), meng-anggap diri-nya benar, sehingga mencelakai diri-nya dan Orang lain, bukan saja tidak menguntungkan bagi perkembangan Kalangan Tao, bahkan mengakibatkan kecurigaan satu sama lain, sehingga mencelakai Tao dan bertentangan dengan Kebenaran.

Semoga Murid-Murid Saya bisa mematuhi apa yang telah Saya sampaikan, lepaskan segala “Harga diri”, pertahankan semangat seperti pada saat Memohon TAO ( qiu TAO ) , dengan berani maju menjalankan hati ke-Tuhan-an, dengan giat mengutamakan [ Tao = Kebenaran ] dalam jalankan tugas, bukan-nya mengutamakan pandangan [ diri ], ini merupakan urusan besar penyelamatan umum, kenapa risau tidak bisa mengembangkan-nya ?

( Pada saat Guru dan Murid lagi ber-bincang, naga emas pelindung berhenti di angkasa di atas salah satu [ Rumah Hantu ] di bagian Utara, naga emas turun dengan pelan-pelan, Guru dan Murid turun dari naga emas, melangkah masuk ke dalam [ Rumah Hantu ], karena Thung Sheng ketakutan, terus menarik ujung baju Guru, takut kehilangan jejak, membuat Orang tersenyum )

Thung Sheng : Minta Guru membawa Murid bermain ke Disneyland, Anda tidak pergi, malah membawa Orang jalan-jalan ke [ Rumah Hantu ], sungguh membuat Orang merinding.

Buddha Ci Kung : Kamu ini Murid bodoh, ber-pikir yang tidak-tidak, kita yang menjalankan tugas penyelamatan umum, sudah tidak ke-buru dalam menyelamatkan Umat Manusia, mana ada hati untuk pergi ber-main main?

Thung Sheng : Patuh pada Guru, Murid lagi keringatan, berani-kan diri untuk ber-tanya, sekarang kita mau ke lantai berapa untuk mencari [ Saudara baik ] itu ?

Buddha Ci Kung : Kamu ikut Guru ke lantai 2 akan tahu sendiri.

( Sekarang Guru dan Murid naik ke lantai 2, sampai di ruang tengah, ter-lihat seorang Anak muda dengan muka pucat pasi, lidah men-julur panjang ber-lalu lalang di dalam kamar, mengeluh, tampang-nya sangat mengerikan, Thung Sheng ketakutan hingga gemetaran )

Thung Sheng : Ya … ampun ! Mohon tanya pada [ Saudara baik ] ini, mengapa kamu gantung diri di sini ? Mengapa Arwah kamu tidak melapor ke Neraka ? Malah tinggal di sini menakuti Orang ? Apakah bisa diceritakan ?

Arwah Anak Muda : Saya ber-Marga Wu, bernama Gu Yin, pada awal-nya karena masalah kecil lalu ber-tengkar dengan Orang tua, karena emosi sesaat, yang pada awal-nya hanya pura-pura ingin menakuti Orang tua, malah terjadi benar-an, tidak hati-hati hingga mati gantung diri di kamar.

Setelah meninggal karena bunuh diri, tidak bisa melapor ke Neraka, hanya bisa menunggu di sini [ Pengganti-nya ], setiap kali ada Orang yang tidak tahu membeli rumah ini, saya akan muncul pada malam hari untuk menakuti mereka, karena itu tidak ada Orang yang berani tinggal, tidak berani beli, sekarang saya sendiri-an di sini, tidak ada waktu untuk lepas dari penderitaan.

Ini juga salah diri saya yang [ bandel ] pada Kehidupan lampau, suka men-gantung binatang dalam keadaan hidup, melihat mereka menderita, me-ronta, me-rintih sampai meninggal, saya merasa senang dalam hati, tertawa ter-bahak-bahak, melakukan pembunuhan sadis, karena itu pada Kehidupan kini hanya ada masalah kecil sudah gantung diri, sekarang memikirkan-nya sungguh menyesali perbuatan dulu.

Buddha Ci Kung : Manusia sering menggunakan kekuatan-nya menindas yang lemah, menindas binatang kecil sebagai kesenangan-nya, bahkan di-siksa sampai mati, menciptakan dosa pembunuhan, mengakibatkan Kehidupan kini harus gantung diri, sebenar-nya diri sendiri yang mendatangkan-nya. Kamu harus baik-baik ber-tobat di sini, jangan menakuti Orang lagi, jika kamu bisa melakukan-nya, sampai waktu-nya sampai nanti, Saya akan datang menyelamatkan kamu.

Arwah ber-Marga Wu : Terimakasih pada Buddha Ci Kung yang welas asih. Saya akan mengingat-nya dalam hati, tidak berani melupakan-nya.

Buddha Ci Kung : Sangat baik ! Sangat baik ! Hari ini waktu sudah malam, mari pulang ke Kuil.

( Guru dan Murid ber-jalan keluar dari [ Rumah Hantu ], naik naga emas pulang ke Kuil Chiien Cen dengan kecepatan tinggi )

Buddha Ci Kung : Kuil Chiien Cen sudah sampai, roh Thung Sheng kembali ke tubuh, sudah, Saya pulang.

No comments:

Post a Comment